Jakarta, CNN Indonesia -- Destinasi kuliner di Jakarta seakan tak akan ada habisnya. Kali ini sajian steak sebut saja
Abuba,
Holycow kedatangan rekan sesama lapak steak bernama J.Steak. Tak dinyana, sosok Didiet Maulana menjadi sosok di balik kelahiran bisnis kuliner ini.
Berbeda dengan identitas di ranah desain busana yang identik dengan kesan tradisional, Didiet justru tak memboyong hal serupa untuk usaha kulinernya. Konsep J.Steak justru kental dengan nuansa Jepang.
"Saya melihat fashion dan industri lain itu terkoneksi. Melihat teman juga terjun ke dunia bisnis kuliner, jadi kenapa tidak?" ujar Didiet saat ditemui di J.Steak, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (26/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nuansa khas Negeri Sakura telah terasa saat masuk ke restoran. Anda dibuat seolah-olah berada di sebuah distrik padat dengan resotran yang tidak begitu besar.
Untuk membedakan dengan restoran lain, J.Steak menawarkan pengalaman bersantap bagi pengunjung. Restoran bisa memesan daging menurut gramasi yang diinginkan, mulai dari 150 gram hingga ukuran yang dikehendaki sesuai keinginan.
Harga steak akan mengikuti total berat daging. Menu Ichiban menggunakan daging wagyu (tenderloin) dengan harga Rp1.850 per gram, menu Meatville atau sirloin (daging sapi import dari Australia) harganya Rp850 per gram, menu Oishii atau bagian rib eye dipatok dengan harga Rp1.500 per gram, menu Kia Ora atau sirloin (daging sapi import dari Selandia Baru) dibanderol dengan harga Rp1.000 per gram dan menu J.Steak dengan harga Rp475 per gram.
"Rata-rata orang pesan 200 gram, itu sudah pas," imbuh Didiet.
Tak perlu pusing-pusing memikirkan side dish, restoran sudah memiliki 'template' tetap untuk sajian steaknya yakni potongan wortel rebus dan jagung manis panggang. Namun jika ingin merasakan makan steak ala Jepang, Anda sebaiknya memesan Garlic Rice sebagai pendamping bersantap.
 Proses memasak di J.Steak. (Foto: CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari) |
Setelah memesan, kurang dari 10 menit pesanan Ichiban seberat 200 gram sudah tiba di meja. Dengan tingkat kematangan medium, steak tersaji di atas tumisan bawang bombay, lengkap dengan jagung dan wortel. Piring panas alias hot plate cukup bisa menjaga steak tetap hangat bahkan setelah sesi foto yang memakan waktu beberapa menit.
Didiet mengatakan konsep restoran ingin membawa pengunjung menikmati steak dengan mengerahkan panca indera. Mulai dari indera pendengaran, dia ingin sebelum bersantap terlebih dahulu menikmati suara 'berisik' hot plate yang terus melangsungkan proses memasak.
Kendati demikian, pengunjung dipastikan tak akan terdistraksi suara yang dihasilkan hot plate dan daging karena tidak begitu terdengar bahkan cenderung diabaikan.
 Pilihan saus steak. (Foto: CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari) |
Indera penciuman kemudian akan menangkap aroma daging yang dipanggang dan berpadu dengan tumisan bawang bombay. Terakhir, tekstur lembut daging akan meluncur ke lidah.
Restoran juga menyediakan tiga jenis saus untuk menemani makan daging.
Saus J.Steak Special memiliki rasa bawang putih dominan plus rasa manis. Saus Wasabi Glaze meski menyandang nama wasabi justru tidak memiliki rasa pedas 'segalak' wasabi. Saus ini justru memiliki rasa dominan asam tetapi tidak 'bold'. Saus ketiga ialah Negigo, saus dengan rasa gurih wijen dan pedas. Rasanya saus ini yang cocok dengan lidah orang Indonesia.
Anda tak perlu menunggu lama untuk menunggu pesanan steak disajikan. Dengan cekatan menu steak akan tiba kurang dari 10 menit setelah dipesan.
Namun yang menjadi catatan, meski daging yang dipesan dengan tingkat kematangan medium, rasa juicy atau manis daging kurang terasa. Saus di sini bukan lagi jadi pelengkap melainkan penolong rasa.
Masih tak cukup dengan makanan utama? Anda bisa mempertimbangkan menu makanan selingan (side dish) berupa jagung dan wortel. Menu makanan selingan yang tersedia yakni garlice rice, french fries, white rice, dan jagung
(els/evn)