HARI KESEHATAN JIWA SEDUNIA

Melepaskan Diri dari 'Labirin' Kacau Depresi

CNN Indonesia
Kamis, 10 Okt 2019 18:00 WIB
Masa-masa suram depresi menjadi pelajaran terbaik bagi Kemangi. Fase bangkit dari depresi menjadi kesempatan baginya untuk belajar mengontrol diri.
Ilustrasi. Fase bangkit dari depresi menjadi kesempatan bagi seseorang untuk belajar banyak tentang pengendalian diri. (Milada Vigerova)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tak ada yang tahu persis bagaimana pasien depresi berjuang melawan perasaan kacau-balaunya. Kebanyakan orang masih menganggap depresi sebagai gangguan sepele dalam bentuk stres yang lumrah di tengah masyarakat. Padahal, depresi dan segala tetek-bengeknya adalah 'pembunuh' diam-diam.

Hampir satu dekade sudah Kemangi-bukan nama sebenarnya-terlepas dari jerat penyakit mental satu itu. Mendapatkan diagnosis major depressive disorder atau depresi bukan perkara mudah baginya. "Kayaknya hidup saya bakal berakhir saat itu juga," kata dia, pada CNNIndonesia.com, Rabu (9/10), dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia.

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia atau World Mental Health Day diperingati setiap 10 Oktober saban tahun. Pada peringatan kali ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengambil tema pencegahan bunuh diri dengan aksi 40 detik. Data global menunjukkan, lebih dari 800 ribu kematian disebabkan oleh bunuh diri setiap tahunnya. Angka ini setara dengan 1 kematian pada setiap 40 detik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemangi menjadi satu dari sekian banyak pasien yang berhasil melawan kemelut depresi. Penyakit mental satu itu telah 'menggerogoti' kehidupan Kemangi selama hampir satu tahun lamanya.

Meski tak hilang sepenuhnya, kini Kemangi telah kembali menjalani kehidupan seperti sedia kala. Kemangi sibuk dengan rutinitasnya sebagai pekerja ibu kota. Keluarga dan teman-teman terdekat menjadi bagian penting dari perjuangan Kemangi melawan depresi.

Kisah bermula dari pelecehan seksual yang dialami Kemangi pada 2009 lalu. Peristiwa traumatis itu membawa perempuan asal Bandung ini terjun bebas ke dalam jurang kegelapan yang mengambil sebagian hidupnya.

"Sebagian hidup saya diambil oleh peristiwa di masa lalu," ujar Kemangi lirih.

Ilustrasi. Depresi menjadi salah satu penyakit mental paling umum yang menyerang banyak orang. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Tawa berubah nestapa. Kemangi yang periang dan dikenal jahil, berubah menjadi sosok pemurung, rendah semangat, dan kerap mengamuk tak karuan.

Beberapa episode kalut dialaminya. Menangis terisak-isak di dalam kamar adalah hal biasa. Sesekali dipukulnya pula cermin yang menempel di dinding kamarnya hingga retak. Polahnya tak karuan.

"Enggak kekontrol," kata Kemangi mengenang masa-masa suramnya.

Aktivitas kuliah dan cerita hura-hura di setiap sudut tongkrongan Kota Bandung pun sirna bagi Kemangi. Dia menarik diri dari lingkungan sosial.

Alih-alih bergaul, Kemangi justru mengurung diri di dalam 'kandang' berukuran 2x3 meter, yang tak lain adalah kamar pribadinya. Memandangi cahaya matahari yang pelan-pelan merasuk melalui celah kecil dari tirai jendela yang sering tertutup. Atau, memelototi semut-semut kecil yang saling bersalaman saat bertemu. Depresi juga membuatnya harus mengambil cuti kuliah selama satu semester lamanya.

Depresi, atau yang dalam istilah medis disebut major depressive disorder, merupakan salah satu penyakit mental yang umumnya ditandai oleh rasa sedih secara intens. Satu dari lima orang di dunia mengalami depresi pada tahap tertentu kehidupan mereka.

Banyak faktor yang menyebabkan depresi. Mulai dari genetik, stres berlebih, hingga peristiwa traumatis yang dialami. Faktor terakhir menjadi penyebab utama yang memicu depresi pada Kemangi.

Pasien akan merasa tak berdaya, putus asa, dan kehilangan semangat terhadap apa pun. Beberapa pasien bahkan mengalami cemas berlebih yang diiringi rasa kalut sebagaimana pada Kemangi. Depresi yang tidak ditangani dapat berujung pada ide bunuh diri.

"Kalau enggak ada ibu, mungkin saya sudah berniat bunuh diri," kata Kemangi. Sang ibu adalah orang pertama yang menyadari perubahan pada dirinya. Sang ibu pula yang membawanya berobat ke psikiater.

Berbulan-bulan dilalui Kemangi dengan meneguk obat-obatan yang diresepkan dokter. Sejumlah pertemuan psikoterapi pun harus dilakoninya. "Capek," kata Kemangi.

Tujuh bulan berjalan, Kemangi berhenti menjalani pengobatan atas keputusan dokter. Meski rasa kalut itu terkadang muncul, tapi dukungan yang diberikan lingkungan terdekat membuat Kemangi perlahan bangkit.

Malu-malu dia memasuki kelas kuliah. Beruntung ada sang sahabat yang setia menemani. Selama Kemangi berjuang melawan depresi, ada beberapa sahabatnya yang datang berkunjung hampir setiap pekan sekadar untuk menemaninya mengobrol. Pada pasien gangguan mental, dukungan dari lingkungan terdekat menjadi faktor penting yang dapat membantu mereka terlepas dari jerat depresi.

Namun, bangkit dari depresi dan mengembalikan hidup seperti sedia kala bukan perkara mudah. Rasa kalut kerap menyelimuti Kemangi dalam beberapa waktu.

Dibutuhkan kekuatan ekstra untuk akhirnya keluar dari 'kandang' dan kembali berada di tengah-tengah lingkungan sosial.

Pada beberapa waktu, Kemangi bahkan bergidik setiap kali puluhan hingga ratusan pasang mata melihatnya. Dia merasa tak pantas berada di tengah lingkungan sosial.

"Saya merasa seperti terlalu hina untuk berada di antara mereka," kata Kemangi. Rasa trauma membuatnya merasa rendah diri.

Ilustrasi. Depresi yang tidak tertangani bisa berujung pada ide bunuh diri. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)

Hari-hari terus berjalan. Ibarat bayi, Kemangi pelan-pelan 'merangkak' maju. Pertemuan bersama orang-orang baru membawanya pada satu titik perubahan yang signifikan.

Di tengah usahanya untuk bangkit, Kemangi diperkenalkan dengan seorang pria bertubuh gempal, berambut gondrong, dengan janggut panjang. "Saya memanggilnya Kang Owi," kata Kemangi seraya tertawa.

Owi adalah seorang mantan pengamen jalanan. Bersama Owi dan teman-teman barunya, semangat Kemangi untuk bangkit kian terpacu. Ada semangat hidup baru yang diam-diam dirasakan Kemangi.

Kemangi ikut mengajar anak-anak di atas jembatan rongsok di salah satu sudut Kota Bandung. "Saya juga pernah ikut teman-teman ngamen. Haha," kenangnya bahagia. Tak cuma itu, Kemangi juga kerap melukis bersama teman-teman barunya.

Kembali menampakkan diri di tengah lingkungan sosial dengan aktif berkegiatan menjadi cara Kemangi untuk bangkit dari depresi.

"Klise memang. Tapi mereka memberi saya sudut pandang baru memaknai hidup," kata Kemangi.

Sembilan tahun berlalu, Kemangi merasa jauh lebih baik. Meski tak 'sembuh' sepenuhnya, namun setidaknya rasa kalut itu berkurang secara drastis.

Tapi, Kemangi tak takut. Toh, kini dia sudah pandai mengatasi rasa kalut. Baginya, pengalaman sebagai seseorang yang pernah terkena depresi membuatnya belajar cara mengontrol diri. Kini, Kemangi tahu mana yang harus dihindari dan mana yang tidak. Masa-masa suram itu jadi pelajaran terbaik baginya.

"Karena depresi, saya belajar mengenal diri sendiri dan cara mengontrolnya. Saya bahkan bangga karena telah berhasil melalui masa-masa suram itu," kata Kemangi.

Masalah depresi jangan dianggap enteng. Jika Anda pernah memikirkan atau merasakan tendensi bunuh diri, mengalami krisis emosional, atau mengenal orang-orang dalam kondisi itu, Anda disarankan menghubungi pihak yang bisa membantu, misalnya saja Komunitas Save Yourselves https://www.instagram.com/saveyourselves.id, Yayasan Sehat Mental Indonesia melalui akun Line @konseling.online, atau Tim Pijar Psikologi https://pijarpsikologi.org/konsulgratis.

[Gambas:Video CNN] (asr/asr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER