Jakarta, CNN Indonesia --
Jamu. Dari kata ini sekilas yang terbayang adalah penjual jamu keliling lengkap dengan sepeda kayuh atau gendongan kain batiknya. Jamu ditaruh dalam botol-botol kaca bening sehingga memudahkan si penjual ketika melayani pelanggan. Kunyit asam, beras kencur, jahe hingga cabe puyang semua tinggal tuang dan minum.
Masih ada kesan 'ndeso' yang tersisa ketika orang bicara jamu. Rasa yang pahit, penjual yang kebanyakan dari desa, lalu proses pembuatannya pun masih sangat tradisional. Namun di saat semua makanan dan minuman tradisional naik daun, jamu tak mau ketinggalan untuk naik kelas. Di tangan Acaraki, jamu mendadak 'naik kelas'.
Memasuki salah satu sudut di gedung Kerta Niaga, kawasan Museum Kota Tua Jakarta, Anda akan disuguhi suasana kafe modern lengkap dengan bar dan alat-alat seduh kopi. Namun Acaraki tak akan menawarkan kopi, tapi jamu. Di sini, jamu diracik di tempat dengan alat-alat ala barista kedai kopi seperti V60, french press dan rok presso. Pemandangan alat-alat ini dari jendela kedai jamu tak jarang 'menjebak' calon pengunjung yang mengira ini adalah kedai kopi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
[Gambas:Instagram]"Banyak yang masuk terus mesen kopi. Padahal di sini jamu. Tapi mau coba juga sih," ujar salah satu pramusaji sembari tersenyum.
Duduklah di pinggir bar persis dan nikmati pemandangan jajaran sekitar 8 toples bening berisi bahan-bahan jamu. Semua bahan sudah melalui proses roasting (sangrai) seperti kunyit, kencur, jahe, bahkan hingga beras. Posisi ini juga memberikan Anda pemandangan proses pembuatan jamu ala barista kedai kopi.
 Foto: CNN Indonesia/ Elise Dwi Ratnasari |
Secara garis besar, menu minuman di sini terbagi menjadi dua jenis yakni Jamu New Wave dan Speciality Jamu. Jamu New Wave menawarkan minuman jamu dengan metode dan alat secara manual. Kunyit asam dan beras kencur bisa dinikmati dengan tiga metode pembuatan berbeda seperti saring (V60), tubruk (french press) dan pekat (rok presso).
Tiga proses ini memberikan tekstur dan rasa jamu yang berbeda. Baik kunyit asam dan beras kencur digiling terlebih dahulu. Alatnya pun sama dengan alat penggiling biji kopi. Baru kemudian bahan-bahan dibuat minuman sesuai metode yang diinginkan.
Beras kencur saring disajikan dengan server (teko mini) dan cangkir mungil. Cairan jamu bening dengan rasa ringan tetapi aromanya cukup kentara.
Kemudian kunyit asam tubruk disajikan lengkap dengan wadah french press. Sang pramusaji juga meletakkan jam pasir mini sebagai penanda waktu. Saat pasir habis dalam kurun waktu sekitar 2 menit, Anda tinggal menekan tuas french press sehingga ampas dan ekstrak jamu terpisah. Rasanya dan tekstur lebih pekat, nyaris seperti jamu gendong. Jika rasa jamu terlalu asing di lidah, Anda bisa menambahkan gula sesuai selera.
Terakhir, beras kencur pekat. Metode rok presso membuat beras kencur sangat kental. Penyajiannya pun menggunakan gelas sloki. Serasa minum satu shot wisky. Rasa beras kencur begitu tajam, lebih mantap daripada dengan metode tubruk.
Sedangkan Speciality Jamu adalah menu minuman jamu yang diracik dengan bahan-bahan lain. CNNIndonesia.com merekomendasikan untuk menyicip Saranti. Ini adalah beras kencur yang dicampur dengan krimer dan susu. Campuran yang pas membuat rasa beras kencur tetap kentara, tidak 'dikalahkan' oleh rasa susu dan krimer.
Selain Saranti, ada Golden Sparkling yakni kunyit asam dan soda, Berkesan yakni beras kencur, santan dan nira juga ada yang cukup menantang yakni The Challenger yang merupakan campuran sambiloto dan temulawak.
 Foto: CNN Indonesia/ Elise Dwi Ratnasari |
Untuk menikmati menu-menu Jamu New Wave, Anda cukup merogoh kocek Rp20ribu, sedangkan Saranti dibanderol dengan harga Rp30ribu. Menu-menu Speciality Jamu berkisar di harga Rp25ribu-Rp35ribu. Sayangnya, di sini tidak menyediakan makanan ringan maupun berat. Jadi sebelum datang ke sini sebaiknya mengisi perut dulu di rumah atau di tempat lainnya.
 Foto: CNN Indonesia/ Elise Dwi Ratnasari |
(els/chs)