Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah kebaya karya desainer
Anne Avantie yang dipakai sebagai seragam awak kabin maskapai Indonesia, kini giliran
tenun yang dibawa 'terbang' ke seluruh dunia.
Desainer
Didiet Maulana diberi kesempatan untuk membawa tenun Bali terbang bersama awak kabin maskapai Garuda Indonesia.
Seragam tenun ini diberi nama 'Puspa Nusantara'. Puspa berarti bunga. Ada harapan bahwa busana bisa membawa harum kreasi Indonesia tak hanya di kancah domestik tetapi juga mancanegara. Kesempatan pembuatan seragam ini juga dianggap Didiet sebagai cara memperkenalkan kreasi perajin dan ditransformasikan ke dalam desain busana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Total ada 18 pasang busana untuk awak kabin wanita dan pria. Untuk awak kabin wanita, Didiet merancang atasan berupa kebaya yang mengambil siluet kebaya Kartini yang dipadukan dengan nuansa peranakan. Kerah dibuat tinggi untuk menonjolkan keanggunan wanita Indonesia. Dia pun menyematkan obi yang terinspirasi dari senteng khas busana wanita Bali.
Kemudian yang unik, pada bagian lengan Didiet mengambil siluet mirip sayap garuda. Dia membuat lengan sedemikian rupa sehingga saat awak kabin bergerak maupun menyajikan makanan untuk penumpang, bentuknya tidak berubah.
Busana dengan warna dominan ungu ini mengambil tenun Bali sebagai bawahan maupun aksen untuk atasan. Perkawinan berbagai budaya dalam satu busana ini bukan tanpa alasan.
"Indonesia itu ada ribuan pulau. Kekayaan budaya banyak. Ada keragaman di sini, keragaman ini untuk dirayakan bukan disamakan," kata dia saat konferensi pers di Tribrata, kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Senin (14/10).
 Foto: CNN Indonesia/ Elise Dwi Ratnasari Seragam tenun Didiet Maulana |
Untuk seragam awak kabin pria, Didiet mengambil siluet beskap atau busana tradisional pria dari Jawa Tengah. Untuk memberikan benang merah antara seragam perempuan dan laki-laki, kerah tinggi juga dipakai di jas pria.
Dia menyematkan unsur tenun pada bagian pocket square yakni lurik hasil karya perajin tenun di Klaten, Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Meski Garuda Indonesia identik dengan warna biru dan putih, seragam rancangan Didiet tidak bersentuhan dengan kedua warna ini. Bahkan warna seragam ini cukup berbeda dari seragam-seragam awak kabin yang sudah ada sebelumnya. Warna ungu jadi palet warna yang mendominasi set seragam. Menurut Didiet, peluncuran seragam bertepatan dengan musim gugur/musim dingin menurut kalender fashion internasional.
"Kalau di Ikat kami menyebutnya purnama. Kami ingin menunjukkan elegansi, keanggunan. Warna ungu memancarkan apa yang ingin kami buat," katanya.
Kali pertamaDidiet mengaku ini kali pertama dirinya merancang seragam untuk awak kabin pesawat. Proses kreatif pun termasuk kilat yakni hanya lima bulan. Mulai dari desain, presentasi, pembuatan hingga perubahan-perubahan terkait masalah keamanan.
Lebih lanjut lagi dia menjelaskan keamanan berkaitan dengan tugas-tugas awak kabin selama penerbangan. Dia memberikan contoh sempat ada perubahan di bagian lengan seragam awak kabin wanita.
"Awalnya saya ingin lengan yang lebar, tetapi kan itu enggak boleh. Kalau dia menyajikan makanan nanti bisa masuk, bisa masalah dengan kebersihan. Lalu si kain bawahannya masih bisa dipakai pas
emergency. Kelihatannya kain itu susah dipakai buat jalan, tapi ada karet di dalam jadi bisa buat lari," jelasnya.
Dia menambahkan rancangannya akan terbang untuk pertama kali pada Rabu esok dalam penerbangan Jakarta-Denpasar.
"Saya mengapresiasi presentasi tersebut, lalu kami pilih. Desainnya,warnanya, satu lagi, bahwa Didiet desainer yang memperhatikan UKM. Kami 10-20 persen mengoreksi desain. Dan inilah hasil karya didirt untuk Garuda Indonesia," kata I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, Dirut Garuda Indonesia
(els/chs)