Jakarta, CNN Indonesia -- Rasa bahagia tengah menyelimuti Priscilla Maldonado, ibu dari Ja'bari Gray, seorang
bayi berusia 10 bulan yang terlahir tanpa kulit.
Betapa tidak, pada awal Oktober ini, Maldonado akhirnya bisa menyentuh sang buah hati untuk pertama kalinya. Sentuhan itu diberikan setelah Ja'bari menerima transplantasi kulit di Texas Children's Hospital. Ja'bari menjadi pasien transplantasi kulit termuda di dunia.
"Ia menangis ketika dibaringkan. Tapi, sesaat setelah saya menggendongnya, melakukan kontak kulit dengannya, dan menyandarkannya di dada, ia langsung berhenti menangis," ungkal Maldonado bahagia, mengutip
Metro.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah menjalani prosedur operasi dan perawatan intensif selama tiga bulan, kini kondisi Ja'bari semakin membaik.
Kulitnya mulai tumbuh. Tubuh Ja'bari juga sudah bisa dibalut dengan pakaian bayi. Pakaian itu jadi yang pertama bagi hidupnya.
Kondisi Ja'bari memang terbilang sangat langka. Dia lahir dengan hanya memiliki kulit pada bagian kepala dan sebagian kakinya. Kelopak matanya sebelum ini hanya tertutup rapat.
Di Amerika Serikat, tercatat hanya dua bayi lainnya yang lahir dengan kondisi serupa. Namun nahas, keduanya tak bisa diselamatkan.
Ja'bari lahir pada Januari lalu di San Antonio, AS. Dokter memberikan pelindung tubuh khusus untuk tubuhnya yang harus sering diganti. Ja'bari juga mendapatkan intervensi salep topikal untuk mengurangi risiko infeksi.
Perkembangan yang dialami Ja'bari dengan kondisi rentan ini mengejutkan banyak dokter. Pasalnya, kulit adalah organ terpenting tubuh yang memiliki banyak fungsi penting. Kulit berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi dan menjaga suhu tetap stabil.
Ahli dermatologi dari Nicklaus Children's Hospital, Miami, AS, Ana Duarte mengatakan, ada beberapa kondisi kelainan kulit yang dapat menyebabkan bayi terlahir dengan kondisi kulit rapuh atau hilang. Mengutip
Live Science, salah satu kondisi tersebut adalah
epidermolysis bullosa. National Institute of Health (NIH) mencatat,
epidermolysis bullosa merupakan kelainan genetik yang membuat kulit sangat rapuh dan mudah lecet. Penderitanya bahkan dapat mengalami cedera ringan hanya dengan gesekan atau cakaran.
"Penderita
epidermolysis bullosa secara teknis memiliki kulit, namun mudah terkelupas atau bahkan hilang," kata Duarte. Pada bayi yang baru lahir, kondisi ini membuatnya tampak tak memiliki kulit.
Tingkat keparahan kondisi ini sangat bervariasi, tergantung pada jenis mutasi genetik pasien. Dalam kasus yang paling parah, bayi dengan
epidermolysis bullosa bisa memiliki masalah pernapasan dan pencernaan.
Namun, NIH mencatat, kasus
epidermolysis bullosa sangat jarang terjadi. Hanya satu dari sejuta bayi baru lahir terpengaruh oleh kondisi ini.
Selain
epidermolysis bullosa, kondisi lainnya yang bisa menyebabkan bayi terlahir tanpa kulit adalah
aplasia cutis congenita. Duarte mengatakan, kondisi ini membuat kulit di area tertentu tak bisa berkembang.
Salah satu kasus paling umum dari kondisi ini adalah bagian kecil yang hilang pada kulit kepala. Berbeda dengan
epidermolysis bullosa, 1 dari 10 ribu bayi lahir dengan kondisi
aplasia cutis congenita.
[Gambas:Video CNN]
(aul/asr)