Penile Dysmorphic Disorder, Saat Pria Tak Pede Pada Penisnya

CNN Indonesia
Rabu, 13 Nov 2019 22:03 WIB
Jika dunia kesehatan mengenal body dysmorphic disorder atau perasaan cemas pada penampilan fisik maka pria mengenal penile dysmorphic disorder (PDD).
Ukuran bukan segalanya. Namun kenyataannya, ukuran memang jadi persoalan terlebih buat pria.(Istockphoto/VladimirFLoyd)
Jakarta, CNN Indonesia -- 'Size doesn't matter'.

Ukuran bukan segalanya. Namun kenyataannya, ukuran memang jadi persoalan terlebih buat pria. Jika dunia kesehatan mengenal body dysmorphic disorder atau perasaan cemas terhadap penampilan fisik secara umum, maka pria mengenal penile dysmorphic disorder (PDD). Kondisi penis sebenarnya baik-baik saja tetapi pria melihat ada yang kurang (termasuk ukuran) sehingga menimbulkan cemas, depresi. Dampak terburuk bisa mempengaruhi berbagai aspek dalam hidup.

Menurut Justin Lehmiller, peneliti di Kindsey Institute sekaligus penulis 'Tell Me What You Want' PDD tidak bisa ditemukan di pembahasan body dysmorphic disorder (BDD). Hanya saja memang ada studi di 2015 yang membantu orang mengidentifikasi PDD dan pemikiran pasif tentang keinginan untuk memiliki penis yang lebih besar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"(PDD) menyebabkan stres yang bisa berpengaruh negatif pada fungsi seksual," kata Lehmiller dikutip dari Cosmopolitan.


Beberapa efek negatif yang mungkin terjadi misalnya jadi sulit ereksi, timbul rasa enggan untuk mencari pasangan karena tidak percaya diri sampai menurunnya produktivitas kerja.

Akan tetapi Medical News Today mencatat bahwa PDD adalah tipe BDD. Orang dengan PDD umumnya merasa malu dan cemas dengan ukuran penisnya. Mereka bahkan berpikir penis mereka termasuk micropenis meski sebenarnya ukuran penis mereka normal.

Berapa ukuran rata-rata penis normal?

Sebenarnya ukuran penis bisa bervariasi. Pria meyakini ukuran normal untuk penis sepanjang 6 inchi atau sekitar 15 sentimeter. Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena ukuran bisa bervariasi. Kesalahpahaman inilah yang pada akhirnya berpotensi menimbulkan kecemasan dalam diri mereka sendiri.

Analisis data pada lebih dari 15 ribu pria di 2014 menemukan bahwa rata-rata ukuran penis (sebelum ereksi) bisa mencapai 9,16 sentimeter. Kemudian saat ereksi bisa mencapai 13,12 sentimeter. Jarang ada penis bisa mencapai 15 sentimeter saat ereksi.

Sedangkan riset pada 2014 mengategorikan penis ke dalam micropenis jika berukuran 7 sentimeter ketika ditarik.


Pria yang mengalami PDD bisa mengalami sejumlah gejala seperti sering membandingkan ukuran penis, malu akan ukuran penisnya, sulit berhubungan seksual karena tidak percaya diri, turunnya fungsi seksual termasuk sulit ereksi dan orgasme.

Selain itu, gejala lain yang dialami antara lain obsesif dengan penampilan, perilaku berulang atau kompulsif yang berkaitan dengan penampilan misal perawatan atau membeli pakaian, tekanan atau cemas soal penampilan.

Bagaimana cara mengatasinya?

Jika seseorang memperhatikan performa seksualnya, mereka bisa menemukan rasa nyaman dan percaya diri lagi dari pasangannya. Pasangan perlu memberikan dukungan dan meyakinkan bahwa ukuran penisnya baik-baik saja. Sebuah riset menemukan lebih dari setengah wanita puas dengan ukuran penis pasangannya.

Rujukan untuk mengambil langkah medis bisa ditempuh dengan cognitive behavioral therapy (CBT), understanding and addressing triggers, dan konseling pasangan atau terapi seks.

CBT merupakan tipe terapi yang membantu pria mengerti bahwa pikiran mereka mempengaruhi perasaan dan perilaku. Understanding and addressing triggers untuk mengidentifikasi penyebab PDD misalnya karena terlalu banyak menonton video porno. (els/chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER