LANCONG SEMALAM

Rumah Kranggan dan Kisah Jaya Thio Sing Liong

Silvia Galikano | CNN Indonesia
Minggu, 12 Jan 2020 14:23 WIB
Properti milik Thio Sing Liong dari abad ke-19 masih tersebar di Semarang. Satu di antaranya gedung yang ditempati Toko Oen di Jalan Pemuda.
Foto anak-anak Thio Sing Liong di halaman depan Rumah Kranggan. (Dok. Keluarga Thio Sing Liong)
Konsep arsitektur

Rumah Kranggan terdiri dari satu bangunan utama yang diapit dua bangunan sayap/paviliun di timur dan barat. Oleh pengamat arsitektur, disebut sebagai rumah sudagaran, ditinjau dari desain bangunan.

Bangunan utama dan paviliun tidak dibangun pada masa bersamaan. Bangunan asalnya dari abad ke-19, lalu pada awal abad ke-20 bangunan utama dan sayap barat bagian depan direnovasi menjadi seperti tampilan sekarang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Atap bangunan utama berbentuk limasan dengan bagian muka berhias gunungan gaya Eropa Selatan. Kolom dan dinding, serta lantai teras berlapis marmer.

Sejajar dengan teras depan, di sisi timur, adalah ruang tempat meletakkan kongpo. Di kongpo ini dipasang foto Thio Sing Liong dan istri ketiga, Goei Khwan Nio; serta ayah Thio Sing Liong, Thio Koen Loen.

Ini terbilang unik, sebab kongpo di rumah-rumah keluarga Tionghoa umumnya diletakkan di tengah-tengah ruang depan, bukan di kamar tersendiri yang tertutup seperti di rumah ini.

Gayawati Hardjanegara (kelahiran 1947), adik Meis, saat ditemui di Rumah Kranggan, 27 Maret 2019, menuturkan, kongpo dulunya ada dua. Satu berada di ruang tamu, tepat di posisi piano sekarang dan satu lagi di ruang kongpo ini. Kemudian oleh orangtuanya dijadikan satu di lokasi sekarang.

Bangunan utama Rumah Kranggan terdiri dari satu ruang tamu, ruang tengah, dan empat kamar tidur. Semua dalam ukuran besar. Daun pintu dan jendelanya berpanel kaca serta kaca patri dengan ornamen flora, fauna, dan perempuan. Masih terlihat tulisan kota asal pembuatannya, yaitu Rotterdam, Belanda.

Rumah Kranggan dan Kisah Jaya Thio Sing LiongTeras depan. Di kanan foto adalah ruang kongpo. (Dok. Silvia Galikano)

Jika dinding di teras berlapis marmer, seluruh dinding dalam rumah berlapis keramik setinggi 1,5 meter dari lantai. Keramik kuno berukuran 15x15cm itu berornamen floral dan kapal layar yang bertekstur (embos). Lantainya dari marmer dan ubin berpola.

Paviliun barat digunakan sebagai bangunan servis, sedangkan paviliun timur dimanfaatkan sebagai toko jeans bernama Bandung Jeans milik Gayawati dan suaminya, Yudi Soetantyo.

Di halaman samping terdapat pagar kawat setinggi 2 meter yang melintang dari rumah utama ke paviliun barat. Di pintu pagarnya terdapat plakat bertuliskan "N.V. Thio Tjoe Pian", nama perusahaan di bawah yayasan keluarga Thio Tjoe Pian yang dibentuk oleh Thio Sing Liong pada 1918, mengambil nama kakeknya.

Rumah Kranggan dan Kisah Jaya Thio Sing LiongTeras belakang. (Dok. Silvia Galikano)

Ditemui di kediamannya di daerah Banyumanik, Semarang, 18 Desember 2019, Meis menjelaskan mengenai N. V. Thio Tjoe Pian. Karena aturan bahwa yayasan tidak dibolehkan memiliki aset, maka Thio Sing Liong membuat tiga perseroan terbatas (naamloze vennootschap - N. V.), yakni N. V. Thio Tjoe Pian (bergerak di bidang penyewaan properti dan kontraktor), N. V. Martens (penyewaan properti), dan N. V. Akwan (penyewaan properti).

Kantor yayasan sedianya berlokasi di Jalan Kranggan nomor 20 yang dahulu merupakan properti Thio Sing Liong. Setelah bangunan ini dijual, kantor pun dipindah ke paviliun Rumah Kranggan.

Selain berbentuk ngantong, Rumah Kranggan saat ini berposisi tusuk sate dengan Jalan Kanjengan yang membujur di hadapannya. Dahulu Jalan Kanjengan hanya berupa gang kecil yang dilebarkan sesudah dibangunnya gedung Kanjengan pada tahun 1960-an.

Empat sumur juga sudah ada di Rumah Kranggan saat dibeli dari keluarga Tasripin walau berbeda fungsi dibanding sekarang. Keempat sumur itu berada di depan sebelah kanan dan kiri, serta belakang sebelah kanan dan kiri.

"Mungkin yang di depan sebelah kanan dahulunya untuk istal kuda. Depan-kiri untuk kebutuhan masyarakat sekitar," ujar Meis.

Sumur untuk kebutuhan masyarakat sampai sekarang masih berfungsi sama. Hal ini dipercaya membawa untung bagi penghuni rumah.

Sumur di belakang-kanan diperuntukkan bagi kebutuhan pembantu dan belakang-kiri untuk kebutuhan keluarga.

Saat renovasi rumah pada 1962, sumur di belakang-kiri ditutup oleh kontraktor, sedangkan sumur belakang-kanan tetap difungsikan.

Namun karena sumur yang difungsikan ini airnya kurang bagus, dekat pula dengan deretan WC dan kamar mandi, akhirnya Gayawati dan suami saat menempati rumah ini memutuskan membuka sumur yang ditutup. Ternyata air dari sumur ini sangat banyak dan bening.

Sumur di halaman (depan-kiri), di bawah rindang pohon jambu biji, sengaja diperuntukkan bagi masyarakat. Para pedagang kaki lima dan warung sekitar dari dulu hingga kini mendapatkan persediaan air untuk lapak mereka dari sumur timba tersebut. 

Soal keberadaan Rumah Kranggan bagi warga sekitar masih berlanjut di halaman berikutnya...



Rumah Kranggan dan Kisah Jaya Thio Sing Liong

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER