Jakarta, CNN Indonesia -- Keahlian seorang
kakek yang sudah berusia 75 tahun dalam menjadi
mak comblang seolah tak pernah pudar. Kakek bernama Zhu Fang yang berbasis di Beijing,
China, itu semakin terkenal dan banyak dicari untuk menjadi
mak comblang.
Sudah hampir 50 tahun Zhu Fang menjadi seorang 'peri cinta'. Dinding ruang tamunya bahkan sudah dipenuhi ratusan foto para jomlo yang penuh harapan. Beberapa sudah memudar dengan gaya rambut bob dan pakaian yang usang.
Zhu Fang berusaha keras menyatukan cinta dua manusia di tengah perubahan sosial dan gaya hidup warga Negeri Tirai Bambu itu. China kini tengah mengalami penurunan jumlah pernikahan. Angka kelahiran pun turun pada titik terendah dalam 70 tahun terakhir pada 2018 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zhu Fang masih terus mencarikan jodoh bagi para pencari cinta dari generasi ke generasi.
"Ini sangat bermakna, dan itulah sebabnya saya terus melakukannya," kata Zhu Fang, seperti diberitakan
AFP.
Bagi Zhu Fang, mencarikan cinta merupakan pekerjaan yang membahagiakan. Dia terinspirasi dari moto politik Mao Zedong untuk "
Serve the People" atau melayani masyarakat.
"Ketika saya membantu orang lain menemukan kebahagiaan, saya juga mendapatkan kebahagiaan sendiri," ungkap Zhu Fang.
Zhu Fang memulai pekerjaan menjadi
mak comblang sejak lima dekade lalu. Awalnya, dia hanya membantu seorang kawan yang minta dikenalkan pada seorang gadis. Namun, sejak saat itu Zhu Fang pun ketagihan.
"Saya pikir itu menyenangkan, jadi saya terus lakukan, dan sekarang 50 tahun berlalu," ujar Zhu Fang.
Saat itu, sebagian besar kliennya merupakan buruh pabrik laki-laki. Dia mengatur kencan di taman, jalanan, atau stasiun.
"Di masa lalu orang jatuh cinta pada pandangan pertama," ucap Zhu Fang.
Menurut Zhu Fang, zaman dahulu orang dengan mudah jatuh cinta pada pandangan pertama tanpa memikirkan banyak hal. Urusan hari kemudian dipikirkan belakangan.
Kini, banyak perubahan pada kliennya dalam urusan mencari cinta.
Perbedaan mendasar adalah perkara status. Banyak juga yang kini malu menggunakan jasa mak comblang karena stigma yang dianggap tak bisa mencari kekasih sendiri.
Saat ini yang datang bukan lah orang yang bersangkutan, melainkan kebanyakan orang tua. Salah satu pengguna jasanya, pensiunan Huang Guiyun khawatir anaknya tak mendapatkan pasangan.
"Kami punya rumah sendiri di Beijing, dan dia punya uang. Semuanya berjalan lancar, tapi [anaknya] kesepian," kata Guiyun.
Berpuluh-puluh tahun bekerja sebagai
mak comblang membuat Zhu Fang sudah berhasil menyatukan lebih dari 1.700 pasangan. Namun, dia juga mengaku tak bisa mencarikan pasangan untuk semua orang.
Ada lebih banyak perempuan di buku Zhu Fang saat ini. Hal ini menjadi pertanda perempuan lebih banyak tak mendapatkan jodoh. Menurutnya, ini terjadi karena perempuan punya standar yang tinggi.
Menurut Zhu Fang, banyak wanita lajang yang mengaku lebih senang tak memiliki kekasih daripada memiliki pasangan yang tak cukup baik atau sempurna di matanya.
Namun, Zhu Fang kembali mengingatkan bahwa tak ada satu orang pun yang sempurna. Jika mencari kesempurnaan, maka tak akan pernah menemukan seseorang yang dicari.
Selain itu, tren memilih pacar virtual yang berkembang di China juga membuat perempuan enggan mencari cinta di dunia nyata. Donor sperma yang bisa didapatkan di luar negeri juga membuat perempuan China enggan untuk menikah.
Kehadiran aplikasi kencan daring juga ikut mempengaruhi kurangnya minat pada
mak comblang tradisional. Tapi Zhu Fang percaya cara tradisional tetap lebih baik.
"Tidak peduli seberapa bagusnya internet, saya masih tidak percaya," ujarnya.
[Gambas:Video CNN] (ptj/asr)