Tradisi Memberkati Musim Panen di Naga Land

CNN Indonesia
Rabu, 19 Feb 2020 12:08 WIB
Suku Gongwang Bonyo yang tinggal di perbatasan India-Myanmar menyambut musim panen dengan mengucap syukur kepada alam dan leluhurnya.
Suku Gongwang Bonyo di Myanmar. (Ye Aung THU / AFP)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah nyanyian terdengar menembus malam ketika para wanita suku Gongwang Bonyo, orang-orang yang paling terisolasi di Myanmar, menari di sekitar api unggun untuk memberkati musim panen baru.

Kelompok ini adalah bagian dari Naga, istilah untuk puluhan suku yang tinggal di dekat perbatasan India, yang pemukimannya hanya dapat diakses dengan perjalanan sepeda motor dan berjalan kaki.

Mengenakan pakaian serba hitam, kalung manik-manik oranye, dan ikat kepala daun palem, mereka berdiri melingkar di sekitar api unggun yang dinyalakan di desa Satpalaw Shaung, sambil berpegangan tangan erat dan menantang dingin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini adalah tradisi dari desa kami dan kegiatan ini membawa kegembiraan bagi kami," kata salah satu dari mereka.

Seperti kebanyakan Naga, Gongwang Bonyo adalah kumpulan petani yang membuka lahan di lereng curam untuk menanam padi, jagung, dan sayuran.

Musim berikutnya mereka pindah, meninggalkan tanah yang selesai ditanami untuk pulih hingga 10 tahun ke depan.

"Lagu ini adalah doa untuk membawa kesuksesan panen tahun ini," kata kepala desa, Maung Tar (32), seperti yang dikutip dari AFP.

"Kami menari dalam lingkaran untuk menunjukkan bahwa kami bersatu dan tidak ada yang bisa memecah belah kami, apa pun yang terjadi."

Tetapi Naga adalah kumpulan orang-orang yang dulunya terpisah.

Menelusuri punggung gunung, kawasan perbatasan India-Myanmar ini adalah peninggalan kekuasaan Inggris, ditinggalkan oleh kekuatan kolonial yang mundur setelah Perang Dunia II.

Di sini ada sekitar 400 ribu Naga di Myanmar diasingkan dari 3 juta lainnya di India.

Perjuangan untuk kemerdekaan yang dilancarkan oleh faksi-faksi bersenjata di kedua sisi telah membara selama beberapa dekade dan kerinduan untuk Nagaland yang bersatu tetap kuat.

Para wanita melanjutkan ritual api unggun mereka sampai dini hari, dinginnya suhu diakali dengan konsumsi minuman anggur dari beras.

Pria akan mulai bercocok tanam dalam beberapa minggu ke depan, setelah tanah yang baru dibuka dan siap untuk ditanami.

Ketika ayam jantan berkokok dan matahari terbit, anak-anak disambut ke dalam lingkaran sementara para pria menyiapkan babi yang baru disembelih untuk pesta hari itu.

"Kami khawatir kehilangan tradisi kami. Itu sebabnya kami mengajarkan hal tersebut kepada anak-anak kami," kata kepala desa Maung Tar.

[Gambas:Video CNN]

(afp/ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER