Jakarta, CNN Indonesia -- Petugas kebersihan terlihat mensterilkan lantai Masjidil Haram di Mekah setelah kekhawatiran virus corona menyebabkan pemerintah Arab Saudi menangguhkan visa umrah, meski sebagian besar jamaah tampak tidak terpengaruh dan tetap yakin akan perlindungan Tuhan.
Arab Saudi, rumah bagi situs-situs paling suci Islam, sejak Kamis (26/2) menangguhkan visa umrah sepanjang tahun ini, sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya yang telah menyebabkan puluhan ribu jamaah dalam ketidakpastian.
Virus corona juga memicu ketidakpastian atas ibadah haji tahunan yang dijadwalkan pada bulan Juli.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi Nadia Bettam, seorang warga Aljazair berusia 50 tahun yang melakukan umrah untuk pertama kalinya, menganggap dirinya beruntung ketika dia tiba di Mekah lima hari sebelum keputusan penangguhan visa umrah.
"Saya tidak takut. Kami berada di tangan Tuhan," kata Bettam yang beribadah sambil mengenakan masker dan ditemani oleh saudara perempuannya, Fatima.
"Yang penting bagi kami adalah ibadah, tetapi kami juga mengambil tindakan pencegahan."
Arab Saudi juga secara khusus melarang warga dari Dewan Kerjasama Teluk (GCC) yang beranggotakan enam negara memasuki Mekah dan Madinah di tengah kekhawatiran virus corona, kata Kementerian Luar Negeri.
Negara-negara GCC terdiri dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar.
Warga negara GCC biasanya dapat memasuki kerajaan dengan dokumen identitas nasional mereka, sedangkan warga negara dari negara lain, seperti Indonesia, memerlukan visa.
Di tangan TuhanHingga hari ini Masjidil Haram masih dipenuhi para jamaah. Seperti Bettam, banyak yang yakin bahwa keimanan bisa menangkal diri dari penyakit, minimal soal kekhawatirannya.
Lantai Masjidil Haram dibersihkan empat kali sehari dan 13.500 karpet di daerah yang digunakan untuk salat dibersihkan secara teratur, tulis Saudi Press Agency (SPA).
Pejabat Masjid Haram, Jaber Wadani, mengatakan "metode pembersihan dan sterilisasi terbaik" digunakan, dengan semua karpet digosok dan diberi wewangian setiap hari.
Petugas kebersihan juga terlihat mengenakan masker berwarna hijau sambil mensterilkan pintu dengan desinfektan termasuk klorin.
Masker bermanfaat untuk menjauhkan infeksi, kata Robina Mahmoud, yang memimpin sekelompok 105 peziarah dari Belanda.
Kelompoknya juga mengambil tindakan pencegahan virus corona, salah satunya mencuci tangan secara teratur.
"Cara ini pasti akan melindungi kita, tetapi sisanya ada di tangan Tuhan," katanya.
Menghitung kerugianDi dalam masjid, area di sekitar Kakbah dipenuhi oleh puluhan ribu jamaah, sebagian besar dari mereka mengenakan masker.
Tiga apotek di sekitar Masjidil Haram mengatakan bahwa mereka kehabisan stok masker.
"Permintaan masker dalam dua hari terakhir [sejak Saudi menangguhkan visa umrah] tidak pernah terjadi sebelumnya," kata seorang dokter asal Suriah.
"Saya telah menjual 200 kotak dalam tiga hari, yang dulunya merupakan persediaan bulanan kami."
Tetapi pedagang lain melaporkan kerugian setelah keputusan untuk menangguhkan visa umrah.
"Seluruh kelompok (peziarah) telah membatalkan pemesanan (hotel) mereka," kata Mahfouz, warga Mesir yang bekerja sebagai agen perjalanan independen.
"Saya masih menghitung kerugian."
Ziarah menjadi sumber pendapatan penting bagi Saudi, yang berharap dapat menyambut 30 juta pengunjung religius setiap tahun ke kerajaan itu hingga tahun 2030.
Di samping visa umrah, Saudi juga untuk sementara menangguhkan visa turis elektronik bagi orang-orang yang datang dari tujuh negara, termasuk China, Italia, Jepang, Korea Selatan dan Kazakhstan, menurut SPA.
Dijelaskan juga bahwa pemegang visa turis tidak akan diizinkan mengunjungi Mekah dan Madinah, kota suci lainnya.
Pihak berwenang bersikeras penangguhan itu sementara, tetapi tidak jelas kapan mereka akan mencabutnya.
"Kami menerima ratusan ribu peziarah setiap bulan dari berbagai negara di dunia," kata seorang pejabat Saudi kepada AFP.
"Jika (virus corona) tiba di sini dan menyebar, itu akan menjadi epidemi global. Keselamatan orang lebih penting daripada kegiatan umrah."
Tetapi banyak jamaah menampik "ketakutan" tersebut.
"Bagaimana kita bisa takut jika kita berada di rumah Tuhan?" kata mahasiswa Turki berusia 21 tahun, Hossam Aldin.
"Bahkan jika saya terkena infeksi, akan lebih baik mati sebagai martir di sini."
[Gambas:Video CNN] (afp/ard)