Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah dokter di China, Jepang, dan Thailand melaporkan telah menggunakan obat untuk
HIV/AIDS dalam pengobatan penyakit
virus corona (
Covid-19). Meski demikian, Ikatan Dokter Indonesia (
IDI) belum merekomendasikan penggunaan obat tersebut untuk
kasus virus corona di Indonesia.
Menurut Ketua Satgas COVID-19 IDI Profesor Zubairi Djoerban, belum terdapat cukup bukti untuk menggunakan obat HIV/AIDS dalam pengobatan virus corona. Obat HIV/AIDS yang digunakan adalah obat lini kedua yakni Aluvia kombinasi berupa Lopinavir dan Ritonavir.
"Sejumlah klaim mengatakan obat lini kedua untuk HIV yaitu Aluvia bisa untuk mengobati Covid-19. Namun, kami berpegang pada
evidence based (berdasarkan bukti) penelitian. Untuk semua obat, belum ada bukti yang cukup kuat," kata Zubairi saat diskusi bersama Transmedia, Jakarta, Selasa (10/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zubairi menjelaskan hingga saat ini belum ada obat untuk mengobati virus corona. Pengobatan yang dilakukan kepada para pasien adalah obat untuk meringankan gejala sehingga daya tahan tubuh dapat melawan virus.
Penyakit akibat virus corona merupakan penyakit yang masuk dalam kategori self limited disease atau bisa sembuh sendiri melalui sistem imunitas tubuh.
Zubairi pun menekankan sebuah obat dapat digunakan jika sudah memiliki bukti yang kuat.
 Foto: CNN Indonesia/Fajrian |
"Jika hasil penelitian sesuai dilakukan pada banyak kasus, maka bisa diterapkan untuk pengobatan COVID-19," tutur Zubairi.
Saat ini, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ada lebih dari 20 vaksin potensial dari seluruh dunia yang tengah dikembangkan untuk Covid-19. Salah satunya, menggunakan vaksin Remdesivir dan obat Lopinavir dan Ritonavir. Selain itu dalam penanganan wabah ini, sejumlah terapi pun sedang diuji klinis.
[Gambas:Video CNN] (ptj/nma)