Jakarta, CNN Indonesia --
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menghentikan aktivitas
belajar mengajar di
sekolah selama dua pekan. Hal ini dilakukan demi langkah
social distancing untuk mengantisipasi penyebaran
virus corona."
Social distancing measure harus diterapkan. Artinya, mobilitas penduduk sekecil mungkin. Tujuannya adalah mengurangi penyebaran antar-individu yang belum tentu merasakan gejala," kata Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, dalam konferensi pers pada Sabtu (15/3).
Mengomentari hal tersebut, Ketua Bidang III PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Hartono Gunardi mengatakan,
social distancing bertujuan agar virus tidak menyebar ke mana-mana. Dia mengingatkan agar momen dalam dua pekan ini hendaknya tidak digunakan untuk pergi berlibur atau mengunjungi keluarga di luar kota.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak sekolah, tidak berkantor, bukan berarti jalan-jalan. Jangan bawa anak-anak ke luar. Dua minggu diam di rumah. Kalau tidak perlu sekali, jangan keluar," kata Hartono dalam konferensi pers IDAI di Jakarta, Senin (16/3).
Kendati demikian, Hartono paham bahwa terkadang orang tua tak tega melihat si buah hati seolah 'dikurung' di rumah. Namun, dalam situasi seperti ini, sebaiknya hindari aktivitas bermain bersama teman.
Sebagai gantinya, permainan secara daring bisa jadi pilihan dengan jaminan keamanan yang diberikan.
Lantas, apakah perlu pendampingan psikologis untuk masa penerapan social distancing ini?
Hartono mengatakan bahwa pendampingan psikologis belum terlalu diperlukan. Orang tua bisa menghibur anak dan memberikan pengertian pada si buah hati.
Orang tua bisa memilih terapi musik yang bisa meningkatkan suasana hati anak. Jika sudah cukup besar, orang tua bisa mengajak anak membaca buku atau menonton film.
Selain itu, orang tua juga diminta terus mengingatkan anak untuk mencuci tangan, apalagi jika si buah hati kerap menyentuh bagian tubuhnya. Jangan lupa juga untuk mengingatkan anak tentang etika batuk yang benar.
[Gambas:Video CNN] (els/asr)