Mengenal Vaksin, Faktor Agar Social Distancing Selesai

CNN Indonesia
Kamis, 16 Apr 2020 14:26 WIB
Calon penumpang kereta MRT Jakarta duduk di bangku yang telah diberi stiker panduan jarak antarpenumpang saat menunggu datangnya kereta di Stasiun MRT Blok M, Jakarta, Jumat (20/3/2020). Sebagai tindakan pencegahan penyebaran virus Corona atau COVID-19, pemerintah telah memberikan arahan kepada seluruh masyarakat untuk mulai menerapkan praktik
Ilustrasi: Social distancing atau menjaga jarak sosial diperkirakan akan menjadi 'normal' baru sampai ditemukan vaksin virus corona jenis baru. (Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Rutinitas baru menjaga jarak atau social distancing yang muncul di tengah wabah virus corona, disebut bakal menjadi gaya hidup normal yang baru. Penelitian terbaru memperkirakan social distancing bisa berlangsung sampai 2022.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Science ini menyatakan imbauan social distancing seperti beraktivitas dari rumah dan penutupan sekolah dapat bakal berlangsung hingga 2022 jika vaksin virus corona tidak ditemukan dengan segera.

Hasil ini didapat setelah sekelompok ahli dari Harvard T.H. Chan School of Public Health meneliti sejumlah skenario yang mungkin terjadi selama pandemi Covid-19.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Social distancing mungkin diperlukan hingga tahun 2022, kecuali jika kapasitas perawatan meningkat secara substansial atau pengobatan atau vaksin tersedia," kata peneliti dalam laporan mereka, dikutip dari CNN.

Pendapat ini juga dipertegas oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres. Ia menilai vaksin virus corona merupakan satu-satunya cara untuk mengembalikan dunia kembali ke keadaan normal.

Menurut Guterres, vaksin menjadi cara paling aman dan efektif untuk menyelamatkan jutaan nyawa dan triliunan uang yang tak terhitung akibat pandemi.

"Kami membutuhkan upaya ambisius untuk memastikan bahwa para pemangku kepentingan internasional bekerja lewat pendekatan yang harmonis, terintegrasi dan dapat memaksimalkan kecepatan dan skala yang diperlukan untuk penyebaran universal vaksin tersebut pada akhir 2020," ujarnya.

Vaksin sendiri dikembangkan dari patogen (virus) yang dilemahkan, sehingga ketika disuntikkan ke dalam tubuh manusia tidak akan menimbulkan penyakit.

Mengenal Vaksin yang Bisa Dorong Social Distancing Selesai


Fungsi vaksin adalah agar tubuh bisa mengenali ciri-ciri virus sehingga ketika "serangan" sebenarnya terjadi, tubuh bisa membangkitkan antibodi untuk menyerang virus.

Para ilmuwan sendiri memperkirakan vaksin untuk SARS-Cov2 yang menyebabkan Covid-19 masih dikembangkan. Diperlukan waktu hingga 12-18 bulan agar vaksin tersedia dan bisa disebarkan pada masyarakat luas.

Hal ini dikarenakan vaksin harus melalui beberapa tahapan sebelum akhirnya benar-benar aman diterapkan.

Dikutip dari The Guardian, pada tahapan awal vaksin biasanya dikembangkan di laboratorium terlebih dahulu sebelum diujicobakan pada hewan (pre-klinis).

Jika di fase pre-klinis terbukti aman dan mampu membangkitkan sistem imun, barulah vaksin diujicobakan pada manusia atau lazim dikenal dengan fase uji coba klinis.

Uji coba klinis sendiri terbagi menjadi tiga bagian yang seiiring dengan waktu melibatkan lebih banyak orang dan dengan masa uji coba semakin lama.

Pada fase pertama, vaksin akan dicoba pada sekelompok kecil orang yang sehat, biasanya berkisar 100 orang. Fase ini digunakan untuk melihat tingkat keamanan vaksin dan mencari tahu efek sampingnya.

Pada fase 2 dan 3, vaksin akan diujicoba untuk mendapatkan hasil spesifik yang diinginkan, pada kelompok yang lebih banyak lagi yang biasanya berkisar beberapa ratus orang. Fase ini biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan dan bahkan lebih dari satu tahun.

Ketika vaksin dikembangkan saat terjadi wabah seperti pandemi corona, maka vaksin juga akan dites pada wilayah yang terdampak luas.

Paralel dengan tahapan uji coba tersebut, para produsen pun menyiapkan kapasitas mesin dan peralatan untuk produksi. Tujuannya adalah vaksin bisa diproduksi dalam skala besar ketika badan-badan kesehatan sudah memberikan persetujuan vaksin disebarkan.

Hingga awal April, tercatat lebih dari 15 perusahaan di dunia mencoba menemukan vaksin corona, mulai dari Johnson & Johnson, Roche Holding, hingga Takeda Pharmaceutical Company Ltd.

Sementara di level negara, sejumlah pemerintah pun akan patungan sebesar US$4 miliar atau sekitar Rp64 triliun untuk melakukan riset bersama mendapatkan vaksin.

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menyebut seluruh negara juga akan bekerja sama dengan lembaga internasional dalam mencari vaksin yang tepat untuk virus corona. Lembaga yang dimaksud, seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Global Alliance for Vaccines and Immunisation (GAVI).

Pada perkembangan terbaru, dua hari lalu WHO mengatakan tiga dari 70 vaksin yang sedang dikembangkan telah diuji coba ke manusia.

Seperti dikutip dari South China Morning Post, satu vaksin diuji klinis oleh perusahaan CanSino Biologics Inc dan Beijing Institute of Biotechnology. Berdasarkan dokumen WHO, dua vaksin lainnya diujikan pada manusia oleh produsen obat Amerika Serikat Moderna Inc dan Inovio Pharmaceuticals Inc.

Namun, sampai vaksin ditemukan, menurut para peneliti Harvard T.H. Chan School of Public Health,  social distancing harus terus dilakukan dalam waktu yang lama untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.

Virus corona dapat dengan cepat menyebar jika imbauan social distancing tidak dipatuhi.

"Mungkin perlu untuk melakukannya selama beberapa tahun, yang jelas waktu yang sangat lama," kata peneliti Marc Lipsitch, seorang profesor epidemiologi.

Studi: Social Distancing Diprediksi Bisa Sampai 2022Foto: CNNIndonesia/Fajrian


Peneliti juga menunjukkan terdapat konsekuensi ekonomi, sosial, dan pendidikan dalam penerapan social distancing ini.

Para peneliti berharap studi ini dapat membantu mengidentifikasi pendekatan alternatif untuk melawan pandemi Covid-19.

Hingga saat ini, virus corona yang mulai mewabah di Wuhan China sejak Desember 2019 sudah menyebar ke seluruh dunia dengan lebih dari dua juta kasus dan 127 ribu kematian. (pjt/nma)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER