Jakarta, CNN Indonesia -- Sebelumnya tidak pernah ada yang menyadari bahwa ada perbatasan negara antara kota Coolangatta dan Tweed Heads di Australia.
Penduduk setempat biasa dengan santai melewati kedua kota untuk sekedar kongko di kedai kopi atau surfing di pantai.
Tetapi ketika Australia mulai menerapkan
lockdown pada bulan lalu demi mengantisipasi penyebaran virus corona, Queensland menutup perbatasannya dengan New South Wales (NSW).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terakhir kali penutupan terjadi saat pandemi Flu Spanyol pada satu abad yang lalu.
Pagar beton muncul di jalan-jalan pinggiran kota yang biasanya dilalui warga kota Coolangatta dan Tweed Heads.
Pembatasan perjalanan tersebut tentu saja menjadi kejutan bagi warga, salah satunya Dean Saul, pemilik sebuah kafe di Queensland tetapi tinggal di perbatasan NSW.
"Kami tidak pernah berpikir bahwa pembatasan perjalanan akan terjadi," tambahnya.
Penutupan perbatasan juga membuat 'kota kembar' di ujung selatan Gold Coast itu sekarang dipenuhi dengan pos-pos pemeriksaan yang dijaga oleh polisi dan tentara.
Sementara penduduk Australia didesak untuk tinggal di rumah, para penghuni Tweed Heads di NSW sekarang tidak dapat menyeberang ke Coolangatta di Queensland, kecuali mereka bekerja di sana atau memiliki alasan penting untuk melakukan perjalanan.
Penduduk Coolangatta, Amy Jobson (31) mengatakan merasa "gila" saat melihat tentara menghentikan kendaraan di tengah kota yang menjadi salah satu destinasi wisata bahari di Negara Kanguru itu.
"Saya benar-benar mengerti mengapa itu dilakukan ... tetapi bagi seseorang yang tinggal di sini seumur hidup mereka, sangat aneh saat melihat ada pembatas di tempat-tempat yang biasanya dilewati setiap hari," katanya.
Mengumumkan pembatasan baru pada 24 Maret, Perdana Menteri Queensland Annastacia Palaszczuk mengatakan bahwa pembatasan perjalanan "tidak ditujukan pada warga perbatasan yang hendak menyeberang untuk berbelanja atau bekerja, menghadiri janji temu medis dan kembali ke rumah mereka".
Tetapi dia menambahkan bahwa di masa pandemi, orang harus "tinggal di negara mereka sendiri dan di pinggiran kota mereka sendiri".
MembingungkanPenduduk di kedua sisi perbatasan masih boleh melintas asal memiliki izin yang sah. Mereka juga harus siap dikarantina selama 14 hari oleh pemerintah setempat jika diketahui memiliki gejala infeksi virus corona.
"(Saya) selalu cemas saat harus melintasi perbatasan. Tetapi jika memiliki alasan yang jelas, itu cukup mudah untuk dilintasi," kata Jobson, yang memiliki bengkel di Tweed Heads.
Anggota dewan Gold Coast, Gail O'Neill mengatakan, banyak penduduk setempat menganggap aturan itu "membingungkan", tetapi sebagian besar kini mematuhi aturan - bahkan komunitas peselancar.
Saat ini sebagian besar toko, restoran, dan semua pub di Coolangatta tutup dan memaksa ribuan orang kehilangan pekerjaan.
Dean Saul dan istrinya, Lisa, tetap membuka tempat makannya, Cafe Kirra, tetapi mereka melihat pendapatan merosot hingga 70 persen karena sepinya turis dan terkendalanya kunjungan dari Queensland ke NSW.
"Kami telah mengunggah pesan di media sosial yang mengatakan 'Sampai jumpa ketika perbatasan kembali dibuka'," katanya.
Tidak jelas hingga kapan penutupan perbatasan di Queensland, yang sekarang memiliki 1.001 kasus dan empat kematian akibat pandemi virus corona.
NSW memiliki hampir tiga kali lebih banyak kasus dan 26 kematian - terhitung hampir setengah dari total kasus di Australia - karena populasi di sini juga jauh lebih banyak.
Secara keseluruhan kasus-kasus baru di Australia telah melambat, tetapi otoritas mengatakan aturan yang ketat dan pembatasan keramaian akan tetap dilakukan selama setidaknya satu bulan ke depan.
Mereka khawatir jika aturan terlalu cepat dicabut penyebaran virus akan kembali meluas.
Kondisi ini sepertinya bakal menyebabkan 'kota kembar' terbelah dua dalam waktu yang lama.
Tapi banyak yang mencoba tetap berpikir positif.
"Kami tinggal di tempat yang indah; ada tempat-tempat yang lebih buruk - senang berada di sini di mana kami tinggal dan berpartisipasi dalam semangat komunitas itu, dan itu akan bertahan," kata Saul.
"Semua orang masih punya senyum kecil di wajah mereka, meskipun situasinya cukup suram."
[Gambas:Video CNN] (afp/ard)