Jakarta, CNN Indonesia -- Organisasi Kesehatan Dunia (
WHO) menyatakan timnya tengah mempercepat kerja untuk menghasilkan
vaksin Covid-19. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan percepatan sedang diupayakan melalui dana penelitian tambahan untuk misi pengembangan vaksin
virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) ini.
Ia mengatakan setidaknya ada sekitar tujuh atau delapan teratas calon vaksin virus corona penyebab Covid-19. Hanya saja Tedros enggan merinci.
"Kami memiliki kandidat yang baik sekarang. Yang teratas, sekitar tujuh, delapan. Tetapi kami memiliki lebih dari 100 kandidat," kata Tedros seperti dikutip
The Times of Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya dua bulan lalu dalam sebuah video di UN Economic and Social Council, Tedros pernah mengatakan perlu waktu 12 hingga 18 bulan untuk mendapatkan vaksin. Tapi ia mengupayakan percepatan dengan bantuan dana sekitar 7,4 miliar Euro yang dijanjikan para pemimpin dari 40 negara, organisasi dan bank guna kepentingan penelitian, pengobatan dan pengujian.
Kata dia jumlah dana itu tak akan cukup dan dana tambahan masih diperlukan untuk mempercepat pengembangan vaksin. Tapi yang lebih penting lagi, menurut Tedros adalah memastikan bahwa vaksin kelak dapat menjangkau semua orang dan tak satupun yang tertinggal.
"Kami fokus pada beberapa kandidat yang kami miliki, yang dapat membawa hasil yang mungkin bisa lebih baik. Dan kami mempercepat kandidat yang menunjukkan potensi lebih baik," tutur dia lagi.
 Foto: CNN Indonesia/Fajrian INFOGRAFIS AGAR TAK TERTULAR VIRUS CORONA |
Sejak Januari menurut Tedros, WHO telah bekerja sama dengan ribuan peneliti di seluruh dunia untuk mempercepat dan melacak pengembangan vaksin virus corona. Mulai dari pengembangan model hewan hingga desain uji klinis.
Tedros menambahkan, ada pula konsorsium lebih dari 400 ilmuwan yang terlibat dalam pengembangan dan diagnosa vaksin. Ia pun menekankan bahwa Covid-19 adalah penyakit yang, "sangat menular dan membunuh".
Pandemi ini, kata Tedros, memberikan banyak pelajaran yang menyakitkan bagi semua pihak. Terutama soal pentingnya kekuatan sistem kesehatan nasional dan regional. Hingga Rabu (13/5) berdasar data Johns Hopkins University, secara global ada lebih 4,2 juta orang terinfeksi dan 291 ribu lebih orang meninggal dunia.
"Namun tren saat ini, lebih dari 5 miliar orang tidak akan bisa mengakses layanan penting ini--kemampuan untuk melihat pekerja kesehatan, akses terhadap obat-obatan penting, dan perairan yang baik di rumah sakit--hingga 2030," ucap Tedros.
(nma)
[Gambas:Video CNN]