Jakarta, CNN Indonesia -- Tak bisa dimungkiri, mengonsumsi
camilan alias
ngemil sudah jadi kebiasaan sebagian masyarakat global. Sebuah studi bertajuk 'The State of Snacking' di 11 negara termasuk
Indonesia menunjukkan sebanyak 23 persen masyarakat suka
ngemil.
Studi yang dirilis pada 2019 oleh The Mondelez International itu juga menyebut, rata-rata orang Indonesia suka
ngemil untuk memenuhi kebutuhan mental dan emosional.
Akan tetapi selama masa pandemi virus corona, orang rentan
ngemil secara berlebihan. Menurut psikolog klinis Tara De Thouars,
ngemil bisa dipicu oleh rasa bosan atau kondisi emosi tidak stabil akibat perubahan mendadak dan rasa takut akan pandemi. Model
ngemil seperti ini biasa disebut
emotional eater.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat tekanan emosional hadir, tubuh seolah memberikan sinyal yang mirip seperti rasa lapar. Sebenarnya sinyal tersebut hanyalah respon terhadap perasaan yang menjadi pelarian dari emosi negatif. Jika dorongan tersebut terus diikuti, tentu tubuh akan kelebihan asupan dan tentunya akan semakin beresiko jika dilakukan secara berulang," jelas Tara seperti dikutip dari rilis Mondelez Indonesia yang diterima
CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Oleh karena itu, ada beberapa tips agar Anda bisa
ngemil dengan lebih bijak selama pandemi sekaligus selama Ramadan.
1. Kenali isyarat tubuhKhrisma Fitriasari, Head of Corporate Communication Mondelez Indonesia, mengatakan sebaiknya Anda mengenali isyarat tubuh saat timbul keinginan
ngemil. Kenali apa
ngemil karena lapar atau karena ingin mengembalikan mood.
Tara menambahkan memperhatikan isyarat tubuh juga bagian dari upaya menghindari rasa menyesal setelah
ngemil. Kadang keinginan akan camilan tertentu merupakan sinyal tubuh untuk mengkomunikasikan kekurangan nutrisi. Misalnya, keinginan makan camilan serba asin yang dipicu oleh dehidrasi. Ini lebih tepat ditindaklanjuti dengan asupan cairan yang cukup.
 Ilustrasi: Kenali hasrat ngemil Anda, apakah karena lapar dan kekurangan nutrisi atau semata hanya untuk mengembalikan mood yang memburuk. (Foto: Istockphoto/Pornpak Khunatorn) |
2. Perhatikan porsi dan waktuTara berkata, kebiasaan
ngemil sebenarnya bisa jadi solusi untuk memenuhi kebutuhan kalori harian dan menjaga stabilitas metabolisme tubuh. Asalkan kata dia, jika
ngemil dilakukan dengan bijak. Masuk bulan Ramadan kebiasaan
ngemil juga perlu disesuaikan.
"Sebagian orang terkadang tidak bisa makan banyak saat sahur atau berbuka sehingga lebih berisiko akan kekurangan asupan kalori. Padahal kebutuhan kalori harian tubuh tetap sama, baik berpuasa atau tidak," imbuh dia lagi.
Waktu
ngemil terutama saat Ramadan bisa disesuaikan, misalnya saat berbuka bisa dengan camilan manis tetapi porsi sedikit agar tidak mengganggu makan makan malam.
[Gambas:Video CNN]3. Memaksimalkan panca inderaKhrisma menyarankan sebaiknya
ngemil tidak dibarengi dengan kegiatan lain semisal bermain gawai. Senada dengan Krishma, Tara pun menambahkan sebaiknya kegiatan makan kudapan ini dilakukan secara sadar agar manfaat yang diperoleh bisa maksimal.
"Makanlah secara perlahan dan nikmati setiap gigitannya. Ajak seluruh indera tubuh Anda terlibat, mulai dari memperhatikan bentuk, mencium aroma, menikmati rasa, hingga sensasi suara saat menggigit atau mengunyah camilan," Tara memberi saran.
(els/nma)
[Gambas:Video CNN]