Jakarta, CNN Indonesia --
Nongkrong saat ini sudah jadi 'budaya' di Indonesia. Usai pulang kerja, nongkrong, libur
weekend, nongkrong, malam Sabtu, nongkrong. Tiada hari tanpa nongkrong.
Tapi, semua berubah saat pandemi virus corona masuk ke Indonesia. Isolasi, masker, jarak sosial, sampai PSBB diberlakukan. Mal, kafe, dan restoran ditutup sementara demi menekan kurva infeksi virus corona.
Nongkrong atau bahasa kerennya, kongko ini merujuk pada duduk santai sambil bercengkrama dengan teman-teman dan bertujuan untuk sekadar '
mengupdate hidup.'
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perlahan namun pasti, pemerintah juga mempersiapkan
the new normal sebagai skenario untuk 'menghidupkan' kembali Indonesia. Ketika bicara ini, bukan lagi soal 'gatel nongkrong' atau tidak usai karantina dan PSBB yang lama. Ada beberapa kategori sikap orang terkait hal ini berdasar hasil survei vox pop yang dilakukan
CNNIndonesia.com. 1. Lebih jarang nongkrong alias tim anteng di rumahSekalipun nantinya masa darurat dinyatakan sudah selesai, PSBB mulai dilonggarkan, banyak orang yang mengaku masih enggan untuk berkumpul.
"Gila. Bakal sangat berhati-hati dan mungkin menunda nongkrong sampai lama," ucap responden
CNNIndonesia.com."Tunda dulu sampai semua divaksin dulu, ucap Reza.
"Enggak sih (nongkrong), akan beda gue mah. Terutama sampai vaksin ditemukan dan bisa diakses," kata Yoga.
"Minimal, sampai gue sudah divaksin baru berani jalan-jalan santai. Anteng-anteng dan cantik-cantik di rumah," kata Wicak.
"Kangen sih nongkrong, tapi enggak bela-belain banget sampai yakin situasinya benar-benar aman buat semua," ujar Feli.
2. Mau nongkrong tapi parno Di golongan kedua, ada juga orang yang dalam hati sangat rindu nongkrong dan berkumpul di kafe. Namun apa mau di kata, pandemi corona, pembatasan aktivitas yang sudah berjalan lebih dari satu bulan ini mau tak mau membuat beberapa orang cukup parno (paranoid) dengan berbagai hal yang terjadi.
"Mau sih, tapi tetep masih ada parno," ucap responden
CNNIndonesia.com Farid Wirayudha.
"Dan kayanya ini bakal sampai lama deh, jadi pake masker ke mana-mana,
hand sanitizer, dan enggak mau berkerumun dulu sementara. Tahan-tahan pengen nongkrong mending buru-buru pulang makan di rumah aja."
Apalagi dengan jumlah pasien covid-19 yang terus bertambah setiap hari, penularan yang cepat dan sulit terdeteksi, dan penyebaran sampai seluruh dunia, tak mungkiri ada rasa takut yang sulit dihindari.
 Foto: epicantus/Pixabay Ilustrasi kafe |
3. Nongkrong dengan catatanBeberapa orang masih ingin nongkrong usai pandemi. Meski demikian tetap ada beberapa perubahan yang terjadi saat nongkrong.
"Nongkrong si pasti mau, tapi ada beberapa catatan yang harus dipenuhi saat mau nongkrong," ucap Wira, kepada CNNIndonesia.com.
"Mau (nongkrong) asal enggak sering-sering," ucap Gita.
Beberapa orang lain yang diwawancara mengungkapkan kalau pastinya bakal ada kebiasaan yang berubah dan
the new normal bakal menjadi normal.
"Yang pasti dalam satu geng teman bakal ada yang lebih cerewet tentang kesehatan. Jangan
dempet-dempetan duduknya, jaga jarak aman, dan pakai
hand sanitizer atau cuci tangan," tambah Wira.
"Kalau memang sudah aman bolehlah di daerah dekat rumah dan tentunya tetap pakai masker,
hand sanitizer, cuci tangan. Sia-sia nanti kalau gue sudah berusaha tertib di rumah tapi gara-gara nongkrong dan ketemu orang-orang yang enggak bertanggungjawab terus kena akibatnya," ungkap seorang pekerja lepas, Dini Felicitas.
(chs)
[Gambas:Video CNN]