Jakarta, CNN Indonesia -- Para ilmuwan di
China tengah mengembangkan
obat yang diyakini berkhasiat untuk menghentikan
pandemi virus corona. Namun penelitian oleh para ilmuwan Universitas Peking--yang merupakan perguruan tinggi bergengsi di China--baru sebatas uji terhadap hewan.
Menurut para peneliti, obat yang tengah digarap itu bukan hanya mempersingkat waktu pemulihan pasien Covid-119, melainkan juga menawarkan kekebalan jangka pendek. Direktur Pusat Inovasi Lanjutan Genomik Beijing, Sunny Xie menuturkan tengah merencanakan proses uji klinis.
"Ketika kami menyuntikkan antibodi penawar ke tikus yang terinfeksi, setelah lima hari, virus berproses dan berkurang. Itu berarti obat potensial ini memiliki [sebuah] efek terapi," tutur Xie seperti dikutip dari
AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Uji klinis rencananya dilakukan di Australia dan negara-negara lain dengan kasus positif Covid-19.
Obat tersebut berasal dari antibodi penawar yang diproduksi sistem kekebalan tubuh manusia guna mencegah sel-sel yang menginfeksi, termasuk virus. Sebelumnya antibodi itu diisolasi tim peneliti dari darah 60 pasien yang pulih.
Sebuah studi dari penelitian tim yang diterbitkan Minggu pekan lalu di Jurnal Ilmiah Cell menunjukkan bahwa penggunaan antibodi memberikan potensi penyembuhan penyakit dan mempersingkat waktu pemulihan. Xie mengungkapkan, timnya bekerja siang-malam untuk mencari antibodi tersebut.
"Keahlian kami adalah genomik sel tunggal dari imunologi dan virologi. Pada akhirnya kami sadar bahwa pendekatan genomik dapat secara efektif menemukan antibodi penawar, dan kami sangat senang," tutur dia lagi.
Xie pun menargetkan, obat ini harus siap digunakan akhir tahun ini dan mengantisipasi masuknya musim dingin. "Harapannya, antibodi yang dinetralkan menjadi obat khusus ini akan menghentikan pandemi," kata dia.
 Foto: CNN Indonesia/Fajrian INFOGRAFIS AGAR TAK TERTULAR VIRUS CORONA |
Sementara China sendiri menurut pejabat kesehatan setempat, memiliki lima vaksin potensial virus corona yang tengah dalam tahap uji coba pada manusia. Virus corona penyebab Covid-19 ini bermula dari Wuhan, China lantas menjalar ke negara-negara lain.
Data yang dihimpun
Johns Hopkins University menunjukkan hingga Rabu (20/5) sudah ada lebih 4,8 juta orang yang terinfeksi di dunia, lebih 1,6 juta sembuh sedangkan 323 ribu orang meninggal dunia. Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pengembangan vaksin bisa memakan waktu 12 hingga 18 bulan.
Para ilmuwan juga tengah mengembangkan mekanisme pengobatan plasma darah dari pasien Covid-19 yang sembuh. Lebih dari 700 pasien telah menerima terapi plasma di China--sebuah proses yang menurut otoritas setempat menunjukkan efek yang sangat baik.
Tapi sayangnya, kata Xie, pengobatan dengan plasma terbatas lantaran minimnya persediaan. "Tidak terjadi jika 14 antibodi penawar yang digunakan untuk obat diproduksi massal dengan cepat," kata dia.
[Gambas:Video CNN]Penyembuhan menggunakan antibodi bukan pendekatan baru. Cara ini juga berhasil digunakan untuk mengobati virus lain seperti HIV, Ebola dan MERS.
Xie menerangkan, tim penelitinya mengawali studi saat virus baru merebak di China.
Studi para peneliti bahkan menunjukkan saat antibodi penetralisir disuntikkan sebelum tikus terinfeksi maka tikus itu pun terbebas dari infeksi atau virus tak terdeteksi dalam tubuh si tikus. Artinya, obat ini berpotensi mampu menawarkan perlindungan jangka pendek terhadap virus.
Hal tersebut barangkali akan berguna bagi para pekerja medis untuk beberapa pekan ke depan. Hingga kini ada lebih 100 vaksin untuk Covid-19 yang dikerjakan secara global, tapi proses pengembangan menuntut waktu yang lama.
Xie berharap obat baru ini bisa menjadi cara yang lebih cepat dan efisien untuk menghentikan 'pawai' global virus corona. "Kami akan dapat menghentikan pandemi dengan obat yang efektif, bahkan tanpa vaksin," ucap dia.
 Foto: CNN Indonesia/Timothy Loen |
(afp/nma)
[Gambas:Video CNN]