Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan JH CCP melalui Program Pilihanku mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Rantai Pasok Alokon atau SIRIKA yang memastikan rantai pasok alat kontrasepsi tidak kelebihan atau kekurangan stok di sebuah provinsi.
SIRIKA merupakan salah satu upaya BKKBN untuk mencegah baby boom terjadi di kemudian hari. SIRIKA adalah inovasi dalam proses pengolahan data pelaporan logistik dan pengelolaan di gudang secara digital, sehingga BKKBN memiliki rantai pasok yang handal, dan cepat tanggap dalam penyediaan alokon pelayanan KB.
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo berharap agar masyarakat dapat memanfaatkan rantai pasok SIRIKA. Menurutnya, SIRIKA penting untuk mengantar kesuksesan dalam rangka menaikkan MCPR (Modern Contraceptive Prevalence Rate), juga untuk menurunkan unmetneed dan meningkatkan akuntabilitas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau menurut saya komponen untuk sukses itu salah satu ya persediaan yang real time. Yang kemudian juga tidak ada stock out dan tidak ada over stock yang ada di lini lapangan dan yang ada di end user. Kemudian itu betul-betul menjadi satu variabel penentu kalau kita mau sukses. Oleh karena itu ini rantai pasok itu menjadi salah satu variabel determining factor untuk sukses menaikkan MCPR," kata Hasto dalam Training of Trainer Pelatihan Teknis Sistem Digital Manajemen Rantai Pasok melalui Zoom Meeting pada Senin, (6/7).
Hasto menyebut SIRIKA akan mengurangi beban kerja operasional gudang secara keseluruhan, termasuk pencatatan dan pelaporan. Kualitas data dan tingkat pelaporan pun akan membaik, sehingga mempercepat dan menguatkan akurasi perhitungan kebutuhan alokon untuk masyarakat.
"Kinerja program juga akan meningkat karena visibilitas data akses produk dan kinerja rantai pasok dapat dilihat jelas sehingga mendorong pencapaian target program Banggakencana," ujarnya.
Senior Technical Advisor at Johns Hopkins Center for Communication Programs (JHCCP) Robert Ainslie menambahkan, sistem ini berfokus pada upaya peningkatan efisiensi organisasi dan standardisasi praktik pengelolaan sesuai dengan aturan rantai pasok yaitu Perban Nomor 9 Tahun 2019 Tentang Pemenuhan Kebutuhan Alat dan Obat Kontrasepsi Bagi Pasangan Usia Subur dalam Pelayanan Keluarga Berencana.
"Fitur dashboard juga dikembangkan dalam aplikasi ini muncul menjelaskan kondisi stok secara nasional di seluruh fasyankes dan mengukur kinerja rantai pasok secara keseluruhan," jelasnya.
Implementasi SIRIKA telah dimulai lewat uji coba di Provinsi Sulawesi Selatan pada Mei 2019. Lalu, inovasi diterapkan di 74 kabupaten atau kota di provinsi lain, seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah, Sumatera Utara, serta Jawa Barat. Selanjutnya, pengembangan aplikasi untuk fasilitas kesehatan akan mulai dikerjakan hingga April 2021.
Hasto memaparkan, sistem yang bagus tergantung pada manusia sendiri, terlebih tentang perubahan pola pikir. Ia menilai sistem tanpa perubahan pola pikir adalah tak berguna, alias perlu dilakukan revolusi berupa inovasi yang disertai perubahan sikap dan cara pandang.
"Kalau berani jangan takut-takut kalau takut jangan berani-berani. Nah kita berani ya kalau berani jangan takut-takut. Nah ini kita berani mendobrak tatanan mendobrak suatu sistem ya kemudian mindset-nya disertakan,"
"Maka pesan saya rantai pasok harus terus jalan. Pilihan saya harus tetap jalan karena sebagai komponen penting. Saya berharap Pak Rob dan Bu Pucuk (dari JHCCP) saya kira akan mengawal kita dan saya senang, istilahnya ada muscle knowledge yang bagus dari JHCCP. Ini kan luar biasa, bagian dari knowledge management yang harus dijalankan," ungkap Hasto.
Sebelumnya, BKKBN telah menggelar Gerakan Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor pada 27-29 Juni 2020.
(rea)