Memasuki tatanan kehidupan new normal, penyelenggaraan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) pun harus mengadakan berbagai penyesuaian, baik untuk acara online maupun offline. Terlebih, Kemenparekraf mengharapkan industri MICE turut ambil bagian dalam upaya membangkitkan perekonomian negara.
Sebelumnya, Kemenparekraf menyebut industri MICE berperan penting dalam peningkatan pendapatan Produk Domestik Bruto (PDB). Merespons hal itu, CEO PT Indonesia International Expo (Indonesian Convention Exhibition) Ryan Adrian mengatakan, sebagai pemain besar dalam industri pihaknya mengutamakan kesehatan dan keselamatan pengunjung serta karyawan.
Ia menjelaskan, ICE bertekad menjaga kepercayaan dari klien, terutama dalam fase seperti saat ini. Pihaknya tak segan memperbaharui Standart Operating Procedure (SOP) sesuai standar kesehatan terbaru WHO dan Kementerian Kesehatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
SOP tersebut dibagi dalam beberapa tahap, mulai penerapan prosedur dalam daily routine, prosedur saat sebelum set up event, saat set up event, during event dan after event. Ryan menyebut dengan kapasitas yang dimiliki yakni sebesar 220.000 m2, penerapan jaga jarak bisa dilakukan di bangunan ICE.
"Saya rasa, dengan bentuk bangunan ICE yang dirancang sebagai venue international dengan bentuk bangunan yang megah, justru dapat memberikan space tambahan yang diperlukan sehingga kapasitas acara dengan physical distancing bisa tetap berlangsung dengan nyaman. Meskipun ada pengurangan jumlah kapasitas, namun yang terpenting adalah keamanan dan kenyamanan para pengunjung," kata Ryan.
Ryan mengungkapkan, ICE menerapkan sejumlah langkah pencegahan demi kesehatan dan kenyamanan pengunjung. Langkah tersebut meliputi pelatihan kesehatan dan keselamatan untuk staf, pemeriksaan suhu tubuh di pintu kedatangan, pembatasan jarak fisik di tiap jalur antrian, penyemprotan disinfektan secara rutin dan menyeluruh, serta penyebaran penyediaan hand sanitizer.
Selain itu, juga dilakukan pembersihan saluran sirkulasi udara secara intensif, penyediaan teknologi tanpa sentuh di lift dan area parkir, peningkatan standar kebersihan dan keamanan pangan, penyediaan menu digital untuk menghindari kontak langsung, pengaturan tempat duduk sesuai jarak aman, dan pembatasan kapasitas pengunjung sesuai anjuran pemerintah.
"Dalam implementasinya, kami juga memastikan setiap prosedur dijalankan dengan baik oleh staff kami maupun pihak professional event organizer yang menyelenggarakan acara. Penerapan protokol ini juga membutuhkan dukungan dari tiap pengunjung yang datang ke ICE, seperti wajib menggunakan masker, selalu menjaga kebersihan tangan, menghindari berjabat tangan, selalu menjaga jarak fisik minimum 1 meter dan menghindari menyentuh wajah. Dapat dikatakan, upaya ini perlu kita lakukan dengan kerjasama dari semua pihak. Secara reaktif, kami juga mempersiapkan klinik dan tenaga medis di setiap event yang berlangsung," kata Ryan.
![]() |
Menurutnya, adaptasi memang harus dilakukan dan perubahan tak dapat dihindari. ICE sendiri disebut tetap berinovasi di tengah pandemi, antara lain dengan mematangkan lini Food & Beverages Services ICE menjadi SALT by ICE, yakni Savory and Love on the Table yang diyakini akan memberi pengalaman kuliner terbaik langsung di tempat konsumen.
Layanan kuliner yang mencakup pre-cooked meal, hidangan kemasan matang siap santap dalam vacuum pack higienis, made to order, hingga layanan katering yang dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan itu dipersiapkan memakai standar higienis tertinggi. Ryan memastikan penggunaan bahan-bahan terbaik untuk berbagai pilihan menu, mulai Asian hingga Western.
Selain itu, ICE juga beradaptasi dengan perubahan tren yang sedang terjadi, antara lain lewat penggunaan teknologi secara optimal.
"Kami tak ingin latah dan gegabah memasang teknologi terkini tanpa memperhatikan kualitas yang kami berikan kepada setiap klien kami. Penting bagi ICE untuk tetap menjaga kepercayaan setiap client kami yang telah dipercayakan kepada kami selama 5 tahun ini, terutama dalam fase perubahan yang terjadi. Penerapan teknologi yang kami lakukan adalah menggabungkan konsep offline dan online, tentu disesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan tiap penyelenggara acara," ujar Ryan.
Lihat juga:Goutte d'Or, 'Little Africa' di Utara Paris |
Ia menambahkan, pihaknya selalu mengikuti perkembangan terbaru MICE secara global bersama para mitra strategis. ICE disebut bergabung dengan asosiasi MICE internasional seperti UFI, ICCA, dan AIPC. Sementara di dalam negeri, ICE bergabung dengan ASPERAPI. Pandemi diakui memberi dampak besar terhadap industi MICE.
"Swifting trend yang terjadi menjadikan industri MICE juga dituntut untuk menjadi lebih kreatif dalam menghadirkan solusi hybrid online dan offline, seperti online concert streaming, drive-in concert atau drive-in cinema, semi-virtual wedding, graduation dan meeting offline yang sebagian pesertanya merupakan audience online," ujarnya.
Lebih lanjut, Ryan menyatakan apresiasi terhadap upaya pemerintah menata ulang ekonomi Indonesia. Di sisi lain, ia berharap agar perizinan pengadaan acara segera dipermudah.
"Segala bentuk dukungan akan sangat dibutuhkan selama menghadapi pandemi ini. Kami mengapresiasi upaya pemerintah dalam penataan ekonomi Indonesia dan mengharapkan agar perijinan event dapat segera dipermudah dan diperbolehkan sesegera mungkin sehingga aktivitas-aktivitas perekonomian dapat dilaksanakan kembali, tentunya dengan penerapan protokol kesehatan yang baik. Sesama pelaku bisnis juga perlu saling membahu dan mendukung satu dengan lainnya demi pergerakan ekonomi Indonesia," ujarnya.
Ryan kemudian menyatakan optimis di masa adaptasi sekarang, terlebih ICE baru saja memperingati hari ulang tahun ke-5 yang jatuh pada 4 Agustus lalu.
"ICE tetap optimis kita bisa melewati ini bersama-sama dan selalu beradaptasi dengan perkembangan," katanya.
(rea)