Goutte d'Or, 'Little Africa' di Utara Paris

CNN Indonesia
Rabu, 12 Agu 2020 14:26 WIB
Goutte d'Or disebut sebagai Little Africa di Paris, karena kentalnya seni budaya dari kaum imigran Afrika di sini.
Pemandangan kawasan Goutte d'Or di Paris, Prancis. (Guilhem Vellut via Wikimedia Commons (CC-BY-SA-3.0))
Jakarta, CNN Indonesia --

Disebut sebagai "zona terlarang" oleh Fox News setelah serangan Charlie Hebdo tahun 2015, kawasan Goutte d'Or di utara Paris telah lama mendapat cap sebagai sarang kejahatan, prostitusi, dan narkoba.

Penduduk setempat mengatakan sebutan itu sangat tidak adil. Saat ini pengusaha serta seniman di sana berusaha mempromosikan aura Afrocentric di Goutte d'Or agar turis kembali datang.

"Saya ingin orang-orang menyibak harta karun tempat ini, di luar fakta bahwa jalanannya kotor dan banyak bangunan rusak," kata Jacqueline Ngo Mpii, pendiri perusahaan Little Africa yang menyediakan tur berpemandu di Goutte d'Or sejak 2015.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini adalah kawasan pelacuran dan penjualan narkoba, tetapi juga tempat para seniman bekerja, basis budaya Afrika, dan lingkungan yang dipuja oleh penduduknya!" kata wanita Prancis kelahiran Kamerun itu.

Goutte d'Or sangat dekat dari kawasan seniman Montmartre dan basilika Sacre Coeur, tetapi dalam beberapa hal kawasan-kawasan tersebut bak dunia yang terpisah.

Jika jalan-jalan di Montmartre dipenuhi oleh toko-toko yang menjual oleh-oleh khas Prancis, maka Goutte d'Or berupa lingkungan kelas pekerja yang menawarkan lebih dari 300 toko dan restoran yang didedikasikan untuk warga keturunan Afrika.

Aroma memikat dari masakan Senegal, Mali, Benina, dan Togolese tercium di sepanjang jalannya. Kain tradisional Afrika yang berwarna cerah terlihat menghiasi tiap jendela rumah di sana.

'Rasa Paris'

Goutte d'Or masuk dalam wilayah kota Paris pada tahun 1860-an. Penduduknya sebagian besar imigran, terutama dari Afrika. Meski fasih berbahasa Prancis, mereka kerap terus dianggap sebagai orang luar, kata Ngo Mpii.

"Anda dapat melihat bahwa seiring berjalannya waktu, mentalitas orang Paris tetap seperti itu."

Selama penguncian ketat Prancis untuk menekan penyebaran pandemi virus corona, Goutte d'Or sering ditampilkan di televisi sebagai tempat orang-orang melanggar protokol kesehatan, yang dikritik banyak orang bagai bentuk pengucilan.

Negara ini telah dilanda banyak protes atas dugaan kekerasan polisi, menyusul kematian dua pria dalam tahanan polisi dalam keadaan yang mengingatkan pada kasus tewasnya George Floyd di Amerika Serikat.

Sebuah karya grafiti besar berwarna-warni di lingkungan Goutte d'Or bertuliskan "Polisi di mana-mana, tidak ada keadilan" - slogan populer pada demonstrasi antirasisme baru-baru ini, dan tanda bahwa ketegangan atas isu rasisme tetap tinggi.

Patrick Banks, seorang pengusaha Afrika-Amerika yang berasal dari kota Oakland di California, telah tinggal di Paris selama beberapa tahun, dan mendalami sejarah Goutte d'Or saat mengikuti tur Ngo Mpii.

"Paris, salah satu kota terindah di dunia, memiliki keberagaman. Tetapi jika Anda tidak menjelajahi [semua kawasannya], Anda akan kehilangan begitu banyak hal yang membuat Paris begitu beragam," katanya.

Di jantung Goutte d'Or, dua bersaudara Youssouf dan Mamadou Fofana, yang memiliki darah Senegal, membuka butik dengan merek Maison Chateau Rouge yang telah wara-wiri di Paris Fashion Week, bahkan hingga ke London, Tokyo, dan Beijing.

Youssouf Fofana mengatakan bahwa dia merasa heran "bahwa seseorang masih harus berdemonstrasi pada tahun 2020 untuk mengubah banyak hal", dan menyesali bahwa begitu banyak seniman Afrika harus berusaha ekstra keras agar divalidasi oleh nama-nama besar berkulit putih di dunia komersial.

'Keragaman adalah kekayaan'

Sekitar 100 meter, pemilik toko dan merek Mazalay Couture, Alexandre Zongo, kewalahan dengan pesanan.

"Orang-orang datang dari tempat yang sangat jauh ke toko saya. Sebagian besar dari mereka merupakan Eropa," kata Zongo yang sering menjahit busana tradisional Faso Dan Fani dari negara asalnya, Burkina Faso.

"Mereka bisa saja pergi ke Marais tetapi mereka ada di sini," katanya, mengacu pada lingkungan yang apik di pusat kota Paris.

Bisnis Ngo Mpii, seperti banyak bisnis lainnya, terpukul keras oleh tindakan pencegahan virus corona yang mempersulit perjalanan wisata.

Dia telah mendaftarkan tur virtual Goutte d'Or ke kantor pariwisata Paris.

"Kami perlu menunjukkan siapa kami sehingga orang bisa mengubah pandangan dan mentalitas mereka," katanya.

"Keragaman ini adalah ... kekayaan bagi Prancis."

(afp/ard)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER