Baju adat Suku Dayak dari Kalimantan Barat ini disebut sebagai baju King Bibinge. Sedangkan untuk lelakinya disebut King Baba.
Baju ini terdiri dari baju mirip rompi tanpa lengan, stagen, kain bawahan, dan manik-manik. Baju ini dibuat dari kulit tanaman ampuro atau kayu kapuo.
Baju ini juga dilengkapi dengan ikat kepala segitiga dari bulu burung enggang. Sebagai hiasannya mereka juga memakai gelang dari rangkaian akar pohon. Ini dipakai sebagai penolak bala atau kesialan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain akar, mereka juga kulit atau tulang hewan sebagai kalung untuk menjaga mereka dari gangguan roh halus.
Media sosial digemparkan karena salah seorang warganet mengungkapkan bahwa ada baju adat China dalam deretan anak-anak berbaju adat di pecahan uang baru Rp75 ribu yang dikeluarkan Bank Indonesia.
Nyatanya yang diributkan sebagai baju adat China adalah baju adat dari Tidung, Kalimantan Utara. Baju ini juga kerap dipakai oleh pengantin pria Suku Tidung.
Suku Tidung adalah Suku Dayak yang sudah beragama Islam.Mengutip Perpustakaan BPNB Jabar, pakaian adat yang terdiri Pelimbangan dan Kurung Bantut (Pakaian Sehari-hari), selampoy (pakaian adat), Talulandom (pakaian resmi), dan Sina Beranti (pakaian Pengantin) telah menjadi karya budaya milik Suku Tidung Ulun Pagun melalui proses rekonstruksi berdasarkan data pakaian adat Tidung di masa lalu.
Dalam pecahan uang baru ini, NTT diwakili dengan busana wanita khas suku Rote. Mengutip situs Pemerintah Kabupaten Rote Ndao, baju perempuan NTT ini terdiri dari beberapa bagian.
Di bagian kepala terdapat bula molik yang berarti bulan sabit. Selain itu ada juga selempang, sarung tenun, pendi (ikat pinggang)) yang terbuat dari perak atau emas, serta habas yang dikalungkan di leher.