Studi Temukan Antibodi Corona Bertahan Setidaknya 4 Bulan

CNN Indonesia
Kamis, 03 Sep 2020 11:34 WIB
Studi di Islandia menemukan tingkat antibodi virus corona setidaknya bisa stabil selama empat bulan setelah diagnosis.
Ilustrasi: Studi di Islandia menemukan tingkat antibodi virus corona setidaknya bisa stabil selama empat bulan setelah diagnosis. (Foto: AP/Rahmat Gul)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebuah studi terbaru di Islandia menemukan, antibodi virus corona bisa bertahan setidaknya selama 4 bulan setelah seseorang terpapar Covid-19. Penelitian yang diterbitkan di New England Journal of Medicine ini menganalisis lebih dari 30 ribu sampel darah.

Sampel berasal dari tiga kelompok antara lain mereka dengan kasus Covid-19 yang sudah dikonfirmasi, orang yang terpapar tapi belum tentu terinfeksi dan, mereka yang belum diketahui terpapar.

"Kami mengukur antibodi dalam sampel serum dari 30.576 orang di Islandia, menggunakan enam tes (termasuk dua tes pan-immunoglobulin)," tulis peneliti seperti dikutip dari NEJM.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim peneliti menguji 2.102 sampel yang dikumpulkan dari 1.237 orang selama empat bulan setelah diagnosis dengan uji kuantitatif polimerasi rantai reaksi (qPCR). Para ahli juga mengukur antibodi pada 4.222 orang yang telah terpapar Covid-19 dan tengah dikarantina, serta pada 23.452 orang yang tidak terpapar.

Para peneliti lantas fokus pada subset kecil dari 487 orang yang memiliki lebih dari satu tes antibodi yang memungkinkan tim mengamati apakah tingkat antibodi stabil atau memudar seiring waktu. Dalam kelompok ini, para peneliti menemukan tingkat antibodi meningkat dalam dua bulan pertama setelah diagnosis dan, tetap stabil selama dua bulan berikutnya.

"Tidak ada bukti penurunan sedikit pun," tutur salah satu penulis penelitian, Kari Stefansson yang juga pendiri perusahaan bioteknologi di Islandia, deCODE genetics seperti dikutip NBC News.

Stefansson menambahkan, penelitian juga mendeteksi antibodi pada sekelompok orang dalam jumlah besar yang tak menunjukkan gejala dan tak pernah diuji untuk Covid-19.

Penulis juga menyatakan, tidak semua orang mengembangkan antibodi setelah terinfeksi. Ini menunjukkan bahwa beberapa orang mungkin memiliki respons kekebalan yang lebih lemah terhadap virus.

Kendati, ada kemungkinan bahwa orang-orang itu melakukan tes diagnostik positif palsu atau tidak pernah sakit sejak awal.

Para peneliti mencatat beberapa tren menaik lain, misalnya, tingkat antibodi pada pasien yang lebih tua bakal lebih tinggi, pun mereka yang dengan penyakit yang parah. Kelompok perempuan juga memiliki tingkat antibodi yang lebih rendah dibandingkan laki-laki, dan kelompok perokok memiliki tingkat antibodi yang lebih rendah dibandingkan mereka yang bukan.

Atas hasil studi itu maka untuk sementara data menunjukkan bahwa tingkat antibodi tetap stabil setidaknya selama empat bulan setelah pasien didiagnosis.

"Apa yang tidak kami ketahui sebenarnya adalah, bagaimana antibodi mencerminkan kekebalan terhadap virus ini dan penghambatannya terhadap virus," ungkap Kindrachuk, asisten profesor mikrobiologi medis dan penyakit menular di University of Manitoba di Winnipeg.

INFOGRAFIS AGAR TAK TERTULAR VIRUS CORONAFoto: CNN Indonesia/Fajrian
INFOGRAFIS AGAR TAK TERTULAR VIRUS CORONA

Hanya karena Anda melihat ada antibodi diproduksi, itu tidak memberi tahu Anda bahwa antibodi itu akan bertindak secara khusus melawan virus," sambung Kindrachuk yang tak terlibat dalam penelitian tersebut.

Itu berarti, masih belum jelas pula, apakah keberadaan antibodi itu akan melindungi orang agar tak terinfeksi ulang virus corona jenis baru (SARS-CoV-2).

Studi ini bukan yang pertama yang menunjukkan bahwa antibodi dapat bertahan selama beberapa waktu setelah infeksi.

Menurut Direktur Laboratorium Serologi Penyakit Menular di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, Elitza Theel, data dalam studi baru tersebut sejalan dengan data dalam artikel pracetak Juli yang menunjukkan bahwa tingkat antibodi stabil setidaknya selama tiga bulan, pada pasien yang pulih dari virus di New York City.

(nma)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER