Epidemiolog Universitas Griffith, Dicky Budiman menegaskan seseorang yang sudah sembuh dari Covid-19 akibat infeksi virus SARS-CoV-2 bisa kembali tertular SARS-CoV-2.
Menurut Dicky, hal itu disebabkan antibodi seseorang yang telah sembuh dari Covid-19 tidak bertahan selamanya.
"Dalam riset sebelumnya ditemukan fakta orang yang pulih dari Covid-19 itu antobidi atau kekebalannya itu bertahan di kisaran dua sampai tiga bulan. Setelah itu, kekebalan itu menurun atau hilang. Nah ini artinya secara teoritis dia bisa terinfeksi kembali oleh Covid-19," kata Dicky kepada CNNIndonesia.com, Rabu (26/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dicky menuturkan hasil penelitian terbaru yang dipublikasikan oleh Universitas Hong Kong bahwa seorang pria usia 33 tahun terinfeksi virus corona untuk kedua kalinya juga membenarkan hasil penelitian sebelumnya. Dia berkata penelitian sebelumnya orang yang sembuh bisa terinfeksi kembali Covid-19.
Dalam riset Universitas Hongkong, dia juga menyampaikan bahwa genom virus pada orang yang kembali terinfeksi berbeda dengan genom virus sebelumnya. Sehingga, itu memberi bukti bahwa kekebalan tidak bertahan lama.
"Namun ini bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan sekali. Tetap waspada itu penting, tapi panik itu jangan. Kenapa harus waspada? Ini membuktikan bahwa perubahan perilaku harus dilaksanakan baik masyarakat umum maupun yang telah terinfeksi," ujarnya.
Lebih lanjut, Dicky menyampaikan kesembuhan seseorang dari Covid-19 adalah hal yang menggembirakan. Akan tetapi, dia mengingatkan kekebalan dari Covid-19 sama dengan kekebalan terhadap virus corona lain, yakni tidak bertahan lama.
"Itu sebabnya perlu ada vaksin yang efektif dan obat yang definitif untuk Covid-19," ujar Dicky.
Di sisi lain, Dicky juga mengatakan intervensi berupa pengetesan, pelacakan, isolasi, hingga perubahan perilaku wajib dilakukan. Jika diabaikan, dia mengatakan bakal menimbulkan kasus baru, terutama bagi orang yang rentan.
"Kabar yang relatif menggembirakan dari studi di Hongkong ini adalah infeksi yang kedua ini asimtomatik, tidak bergejala. Dalam artian walaupun antibodi sebelumnya tidak berjalan penuh untuk melindungi dari infeksi, setidaknya memperlihatkan ada efek protektif, di mana gejala yang ditampilkan tidak berat," ujarnya.
Dicky menambahkan perlu riset lanjutan mengenai infeksi kedua Covid-19. Sebab, dia menyebut studi sebelumnya menyebutkan bahwa orang yang sembuh dari Covid-19 memiliki gangguan pada bagian paru-paru.
Selain itu, dia mengatakan studi diperlukan untuk pengembangan vaksin. Sebab, dia menyebabkan vaksin dibuat untuk membangun kekebalan.
"Saya selalu mengingatkan ini adalah penyakit baru. Sehingga, apa yang perlu dicapai dalam riset vaksin adalah efektifitas, dalam artian memberikan kekebalan yang efektif kepada orang sehat," ujar Dicky.
Lebih dari itu, dia menyampaikan vaksin harus mampu membangun kekebalan hingga tahunan. Dia berkata kemampuan vaksin itu bisa diperoleh hanya dengan riset yang benar-benar baik.
"Vaksin bukan solusi tunggal dalam menyelesaikan pandemi. Obat juga demikian. Pemerintah tidak boleh mengabaikan public health karena itu merupakan andalan untuk mengeleminasi pandemi." ujarnya.
![]() |