Di bawah langit biru Abu Dhabi yang mempesona, gedung pencakar langit berdinding kaca dengan bentuk meliuk yang bernama Capital Gate berkelap-kelip di bawah sinar matahari saat orang-orang masuk dan keluar dari lobi yang lapang.
Menyebut gedung berlantai 35 sebagai gedung pencakar langit tidak cukup menyampaikan esensi dari Capital Gate.
Pengarahan yang diberikan kepada para insinyur dan arsitek bukanlah untuk membuat bangunan terbesar atau tertinggi di areanya, tetapi untuk "menantang aturan arsitektur dan membangun struktur yang akan menempatkan Abu Dhabi di peta dunia," kata Ahmed Al Mansoori, seorang pemimpin insinyur untuk Capital Gate dan Direktur Teknik di Abu Dhabi National Exhibitions Company.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hampir 10 tahun kemudian, Capital Gate tetap menjadi "bangunan paling miring buatan manusia", menurut Guinness World Records.
Capital Gate miring 18 derajat ke barat - sekitar lima kali lebih miring dari Menara Pisa di Italia - dan 17 lantai teratas "menggantung di tepi, memberikan ribuan ton tekanan pada inti bangunan," jelas Al Mansoori, seperti yang dikutip dari CNN Travel.
"Hukum gravitasi menginginkan bangunan ini seakan runtuh. Tetapi ia telah dirancang untuk tidak runtuh."
Tekanan gravitasi yang disebabkan oleh kemiringan 18 derajat diimbangi oleh "inti berbentuk bujur sangkar" pertama di dunia, yang terdiri dari 15 ribu meter kubik beton yang diperkuat dengan 10 ribu ton baja.
Inti ini sengaja dibangun sedikit di luar pusat tetapi diluruskan saat bangunan naik, menekan beton dan memberinya kekuatan, dan memindahkannya ke posisi vertikal seiring bertambahnya berat setiap lantai.
GerbangCapital Gate juga dijaga tegak oleh 490 tiang pancang yang dibor sedalam lebih dari 30 meter.
"Kami membuat dua bagian tiang, satu lebih dalam dari yang lain. Bersama-sama mereka menciptakan kekuatan yang bersaing yang menjaga bangunan tetap tegak," kata Al Mansoori.
Bangunan ini memiliki 15 lantai perkantoran, empat restoran dan bar, dan sebuah hotel, bernama Andaz Capital Gate.
Selain 200 kamar, hotel ini juga memiliki Presidential Suite di lantai 33 yang terletak di lereng 18 derajat yang dramatis.
"Karena bentuk bangunannya, setiap kamar di hotel menawarkan pemandangan yang berbeda," kata karyawan Andaz, Julia Gimadyeva.
Tempat makan bernama 18 Degrees Restaurant memiliki pemandangan langsung ke Abu Dhabi National Exhibition Centre, mengingat Capital Gate juga memiliki pintu penghubung langsung ke area pameran tersebut.
"Ada konferensi minyak yang sedang berlangsung sekarang, dan kami juga memiliki satu konferensi yang berfokus pada militer dan pertahanan," kata Gimadyeva, menambahkan, "Banyak orang penting datang ke sini!"
Di depannya adalah pemandangan Teluk Persia dan pulau-pulau Abu Dhabi yang menakjubkan.
Istana mewah yang tertutup untuk umum dapat dilihat di pulau terdekat, dikelilingi oleh laut dan pasir.
Pemandangan alam Abu Dhabi adalah inspirasi di balik arsitektur Capital Gate - "khususnya bukit pasir yang tertiup angin dan ombak teluk yang bergulung," kata Al Mansoori.
Restoran dan kolam renang, yang dibangun seakan menggantung menghadap ke pusat pameran, baru dibangun setelah satu tahun Capital Gate dibuka. Pembangunannya tentu saja menjadi salah satu tantangan terbesar bagi tim teknik.
"Solusinya adalah kulit jaring melengkung yang 'memercik' ke gedung, yang berpuncak pada platform," kata Al Mansoori, menambahkan bahwa 'kulit' tersebut juga memberikan keteduhan untuk kantor di lantai bawah.
Melihat pemandangan panorama kota, Asad Haroon, karyawan hotel lain, berkomentar bahwa "Abu Dhabi adalah kota yang sama sekali berbeda dibandingkan ketika saya pindah ke sini pada tahun 2011."
Seperti 80 persen penduduk Uni Emirat Arab, Haroon adalah ekspatriat - dia berasal dari Pakistan, sedangkan rekannya, Gimadyeva, adalah orang Rusia.
Dari restorannya, dia menjelaskan banyak bangunan di kawasan ini yang tidak ada saat pertama kali pindah ke Abu Dhabi.
"Area ini hampir menjadi ruang kosong. Begitu Anda keluar dari pusat pameran, tidak ada apa-apa," kenangnya.
Banyak bangunan Abu Dhabi yang sekarang menjadi perbincangan dunia, seperti Menara Etihad, Gedung Aldar, dan taman hiburan Ferrari World.
Tahun 2017, cabang Museum Louvre di Prancis buka di sini, dengan bangunan mengapung yang dinamakan Louvre Abu Dhabi.
Meskipun secara historis Abu Dhabi kerap bersaing oleh Dubai dalam hal pariwisata, Abu Dhabi menjadikan dirinya sebagai pusat budaya UEA.
Di Andaz, seni dan desain dengan sengaja mewakili budaya Emirat, dari ruang lantai dasar yang memamerkan berbagai macam karya seniman lokal hingga furnitur dan desain pelapis di seluruh hotel.
"Abu Dhabi tidak akan pernah menjadi Dubai karena penduduknya tidak berharap demikian," kata Haroon.
"Jika Anda ingin datang selama beberapa malam dan menggila, maka Dubai adalah tujuan Anda. Tetapi jika Anda benar-benar ingin menjelajahi budaya UEA, Abu Dhabi adalah tempatnya."