Pembelajaran daring atau online di tengah pandemi virus corona ini jadi tantangan, baik buat orang tua maupun buat anak. Orang tua mendampingi anak ketika proses belajar, jadi tempat bertanya dan, bahkan tak jarang orang tua terlibat dalam pengerjaan tugas sekolah.
Sedangkan anak, dituntut untuk bisa belajar meski tidak ada sesi tatap muka secara langsung seperti di kelas.
Belajar di rumah jelas berbeda dengan belajar di sekolah. Saat anak-anak Anda berjuang untuk bisa beradaptasi, orang tua pun bisa mendukung proses belajar dan membantu anak agar lebih berkonsentrasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anak mampu berkembang dengan rutinitas dan jadwal yang terstruktur tetap. Meski di rumah, penting untuk membangun rutinitas sehingga anak merasa aman dan cemas berkurang. Namun selama pembelajaran online, buat rutinitas ini terbuka menyesuaikan preferensi anak.
Melansir dari Your Kid's Table, orang tua perlu terbuka untuk memperketat atau melonggarkan jadwal. Ini pun disesuaikan dengan sistem pembelajaran yang ditetapkan sekolah. Pada akhir pekan, ajak anak diskusi dan evaluasi atau menilik ulang perubahan yang diinginkan.
Saat di sekolah, mungkin anak langsung masuk ke 'mode belajar' dan memperhatikan guru. Anda bisa menciptakan suasana serupa dengan mendedikasikan satu lokasi di rumah untuk belajar. Anda tidak harus menyediakan ruang khusus tetapi ada sudut yang dibuat untuk belajar lengkap dengan pendukung belajar anak misal, buku-buku dan komputer.
![]() Untuk membangun suasana belajar seperti di sekolah, Anda bisa menyediakan ruang atau sudut khusus untuk kegiatan anak. |
Melansir dari Talk to Tucker, siapkan meja yang bersih, nyaman dan rapi sehingga mendukung anak untuk lebih produktif. Meja yang berantakan bisa menaikkan hormon kortisol sehingga menstimulasi otak secara berlebihan.
Sebisa mungkin hindarkan distraksi atau hal-hal yang bisa mengganggu belajar. Untuk sementara, mungkin Anda tidak perlu menyalakan televisi, musik atau, aktivitas yang menimbulkan suara berisik. Jauhkan distraksi visual seperti mainan atau sepeda.
Distraksi kerap datang dari gawai yang digunakan anak untuk keperluan belajar. Bukan belajar, anak malah mengakses media sosial. Sebagai orang tua, batasi waktu anak untuk mengakses media sosial atau buat kesepakatan untuk mengakses media sosial saat waktu istirahat atau selesai pembelajaran.
Seperti halnya pembelajaran, perlu alokasi waktu dan tempat untuk beristirahat. Mengutip Talk to Tucker, istirahat secara teratur akan membantu meningkatkan konsentrasi anak, konsolidasi informasi dan meningkatkan fungsi otak.
Pada momen ini, biarkan anak bebas mengakses video dari laman berbagi Youtube, berinteraksi dengan teman via media sosial atau sekadar menonton satu episode kartun kesayangan. Tetapkan waktu yang jelas agar dia tahu setelah selesai istirahat akan ada sesi belajar lagi.
Lihat juga:Kenali Gaya Belajar Anak saat 'di Rumah Aja' |
Camilan dan air memicu anak untuk mengunyah sehingga menimbulkan efek menenangkan. Sediakan camilan yang renyah dan menyenangkan untuk dikunyah.
Sisipkan pula camilan rendah gula dan karbohidrat sehingga anak tidak mengalami kenaikan gula darah mendadak. Asupan tinggi gula dan karbohidrat bisa membuat anak cepat mengantuk dan sulit fokus.
Anda bisa menghadirkan suasana sekolah dengan menyediakan alarm atau timer. Ini sekaligus penanda anak mulai-selesai belajar juga penanda waktu istirahat. Namun jika Anda kerap menatap jam, pasang alarm di ponsel Anda. Seperti di sekolah, saat 'bel' berbunyi, saatnya anak bergerak.
Sejak awal, Anda sudah berupaya untuk membuat jadwal, ada jam untuk istirahat, tetapi tetap biarkan anak yang jadi eksekutornya secara independen. Ajari anak untuk menyampaikan apa yang ia rasakan, termasuk jika ia sulit fokus.
Diskusikan dengan anak bantuan seperti apa yang ia perlukan karena proses belajar tidak mungkin dihentikan atau anak akan ketinggalan materi.