"Belum lima menit!" Anda tentu familiar dengan ungkapan ringkas ini. Biasanya orang mengucapkan kalimat tersebut sembari memungut makanan yang tak sengaja jatuh ke lantai lantas melahapnya.
Anggapannya, daripada terbuang maka lebih baik tetap disantap. Toh baru sekian detik di lantai.
Namun, seberapa aman mengonsumsi makanan yang sudah terjatuh meski belum lima menit?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Tips Aman Makan Siang Bersama di Kantor |
Disadari atau tidak, bakteri dan jamur justru lebih banyak menghuni bagian dalam rumah daripada halaman Anda.
Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Proceedings of the Royal Society B pada 2015 menyebut, ragam bakteri dan jamur 50 persen lebih tinggi di lingkungan dalam ruangan daripada luar ruangan. Sebagian menimbulkan dampak negatif pada kesehatan manusia dan bisa bertahan di lantai.
Toby Amidor, penulis sekaligus ahli gizi mengatakan, ada kemungkinan Anda sakit akibat mengonsumsi makanan yang sudah jatuh ke lantai.
"Tubuh Anda punya sistem pertahanan tapi, hanya dalam derajat tertentu yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai hal," kata Amidor seperti dikutip dari Livestrong.
Ditambah lagi, jika Anda dan keluarga memiliki hewan peliharaan. Anjing atau kucing kesayangan bisa saja membawa bakteri dari apa yang mereka injak di luar rumah atau kotak di mana mereka biasa buang air.
Sebagai contoh, feses dari kucing yang terinfeksi bisa membawa parasit Toxoplasma gondii.
![]() Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir merupakan cara sederhana untuk mencegah penyebaran penyakit termasuk penyakit virus corona (COVID-19). Kapan saatnya wajib cuci tangan? |
Berjalan-jalan di rumah pun dapat menyebarkan bakteri sehingga penting untuk menanggalkan sepatu saat masuk rumah. Menurut Randy Worobo, profesor mikrobiologi pangan di Cornell University, ada banyak penyebab sehingga terdapat kontaminasi pada lantai.
"Itulah mengapa aturan umum yang jika makanan jatuh di lantai, lebih baik tidak dikonsumsi. Kurang dari lima detik saja, Anda sudah mengambil kontaminasi (bakteri) dari lantai," ujar Worobo.
Dalam beberapa kasus, perpindahan bakteri dari lantai ke makanan hanya terjadi dalam waktu kurang dari sedetik.
Studi yang diterbitkan di jurnal Applied and Environmental Microbiology mengungkap, selain durasi kontak makanan dengan lantai, karakteristik makanan pun memainkan peran. Peneliti membandingkan beberapa jenis makanan seperti, semangka, roti, roti dan selai, dan permen jeli. Ternyata, semangka berpotensi menyerap lebih banyak bakteri karena lebih berair atau lembap.
Pelbagai produk pembersih lantai mencoba meyakinkan Anda bahwa lantai bisa bersih bebas noda dan bakteri. Namun pada kenyataannya, Amidor mengatakan meski bersih tanpa noda tetapi lantai akan tetap menyimpan mikroorganisme--kendati dalam takaran yang aman.
"Anda tidak akan pernah bisa mensterilkan lantai dengan membasmi semua mikroorganisme di dapur dan beberapa patogen bisa bertahan selama berbulan-bulan," imbuh dia lagi.
Ingat, mikroorganisme bisa bertahan pada bagian tertentu di lantai. Meski Anda membersihkan lantai secara teratur, bakteri bisa menghuni celah, retakan atau sekat-sekat.
Mikroorganisme pun bisa bertahan tergantung dari banyak faktor termasuk tipe lantai, daya serap, temperatur juga tingkat kelembapan.
"Saya sering mendengar orang bilang, 'Makanan bisa jatuh ke lantai dan saya akan memakannya dan baik-baik saja'. Tapi mungkin Anda hidup dengan orang yang lebih rentan seperti anak-anak di bawah 6 tahun atau lansia usia 70 tahun ke atas. Mereka lebih rentan sakit karena sistem imun lebih lemah atau sistem imun yang belum sepenuhnya berkembang pada anak-anak," jelas dia.
Lihat juga:Cara Tepat Memakai Disinfektan di Rumah |