Inovasi merupakan syarat mutlak agar bisnis tetap bertahan di masa pandemi. Bisnis kuliner pun tak dapat lepas dari syarat ini.
Owner Holycow dan Creative Flip Burger Indonesia Lucy Wiryono membocorkan kunci menjalankan bisnis di tengah pandemi. Ia mengaku usaha kulinernya pun ikut berinovasi ketika pandemi, yakni dengan mengikuti pola kebiasaan dan aturan saat PSBB.
"Ada 2 strategi yang kami terapkan waktu PSBB Maret kemarin. Pertama kita jual Holycow ready to cook. Jadi daging sudah kita potong, diberi bumbu khas kemudian di vacuum pack. Kemudian konsumen bisa membelinya di marketplace dan bisa masak sendiri di rumah," ujarnya pada Webinar 'Adaptasi Bisnis Kuliner dengan Kebiasaan Baru' yang diselenggarakan oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN), Senin (19/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, ia membuka layanan kepada konsumen dengan pengantaran ke kendaraan. Mereka tetap dilayani tanpa perlu turun dari kendaraan masing-masing.
"Kita melihat habit konsumen. Mereka berusaha mencari hiburan, tapi ke mana-mana nggak bisa, cuma bisa di mobil saja," terang dia.
Pengusaha, besar ataupun kecil, harus mampu kreatif dalam menjalankan usahanya namun tetap disiplin protokol kesehatan. Di antaranya #ingatpesanibu untuk #pakaimasker, #cucitangan, dan #jagajarak hindari kerumunan.
Kreativitas adalah kunci untuk bisa beradaptasi di masa pandemi seperti saat ini. Hal ini juga menjadi bagian dari inovasi model bisnis, konten makanan hingga pemasarannya.
Founder Komunitas Langsungenak Nina Susilowati mengungkapkan adaptasi pada kebutuhan konsumen ini yang paling sering dilupakan pelaku usaha. Padahal konsumen menunggu dobrakan baru.
"Jadi sering kali, misalkan bikin kue, bikin kue itu saja. Jangan gitu. Orang-orang itu punya batas bosannya," ungkap dia.
Para pengusaha ini mengakui kreativitas, adaptasi, dan inovasi merupakan tiga kunci untuk tetap produktif di masa pandemi.
(ayo/fef)