Rofifah Juniandar terkejut karena divonis memiliki gejala kanker tulang pada usia belia yakni 11 tahun. Saat itu, perempuan yang disapa Ofi ini tengah dalam masa transisi kelas 5 SD menuju kelas 6 SD. Dia belum memahami apa itu kanker. Vonis diterima tanpa tahu bahwa kanker adalah penyakit yang dipandang menakutkan dan bisa berakibat fatal.
Memasuki bangku sekolah menengah pertama, sedikit demi sedikit ia mulai mendapat informasi soal kanker. Dokter, kata dia, sudah mulai berani menjelaskan lebih lanjut.
"Saya mulai paham oh kanker itu seperti ini dan rangkaian pengobatannya banyak," kata Ofi beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, ada beberapa gejala kanker tulang ia kerap mengeluh rasa pegal pada kaki yang tak kunjung hilang selama seminggu. Sang mama menganggap ini hanya efek kelelahan. Namun rasa pegal tak hilang selama hampir seulan sehingga hal ini membuatnya harus periksa. Ada benjolan dan selang dua bulan paha kanan Ofi membesar.
Lihat juga:Peneliti Temukan Organ Baru di Tenggorokan |
Apa yang membuatnya terkena kanker di usia semuda itu?
Ada beragam pemicu kanker. Ofi menjelaskan makanan, pola hidup dan lingkungan bisa memicu kanker. Namun ia menduga trauma masa kecil. Sekitar usia empat atau lima tahun ia pernah bersepeda atau memanjat pohon kemudian terjatuh.
"Enggak pernah bilang ke orang tua, didiamkan saja. Setelah lima tahun kemudian kanker. Tapi selain itu pemicunya makanan yang kurang dijaga. Dari kecil suka jajan makanan ringan yang ada MSG-nya," lanjut dia.
Kanker pun membuat Ofi harus menjalani serangkaian terapi termasuk kemoterapi dan operasi. Keputusan berat ia ambil pada 2011. Dokter memberikan dua pilihan antara mempertahankan kaki atau amputasi.
Siapa yang tak ingin mempertahankan anggota tubuhnya? Namun mau tak mau Ofi harus merelakan kakinya. Mempertahankan kaki hanya membuat kanker menjalar ke paru-paru atau otak.
Lihat juga:7 Fakta Donor Darah yang Sering Salah Kaprah |
"Setelah dipikir-pikir, saya putuskan untuk amputasi di 2011, amputasi kaki kanan," imbuhnya.
"Enggak ada keluhan lagi, sekarang pikirannya difokuskan untuk kuliah," tuturnya sembari tersenyum.Berkat dukungan keluarga dan semangatnya untuk sembuh, kanker pun takhluk setelah kemoterapi tambahan di 2012. Setelah dilihat lima tahun pasca terapi terakhir, Ofi tak merasakan keluhan apapun dan ia sembuh total dari kanker.
Sepasang tongkat pun tak menghalanginya untuk mewujudkan cita-cita menjadi seorang fashion designer. Perempuan yang terdaftar sebagai mahasiswi semester enam jurusan Desain Mode Institut Kesenian Jakarta ini mengaku tak menemui kesulitan berarti selama studi.
Sejak kecil ia suka menonton tayangan tentang mode di televisi. Saat sekolah menengah atas, tercetus keinginan untuk masuk sekolah mode.
![]() Rofifah Juniandar, penyintas kanker tulang berjalan untuk koleksi busana Oscar Lawalata beberapa waktu lalu. Ia ingin jadi desainer selepas studi jurusan desain mode di IKJ. |
Kanker tulang dapat menyerang tulang apa pun, tetapi kebanyakan kasus berkembang di tulang panjang kaki atau lengan atas.
Mengutip NHS, gejalanya meliputi nyeri tulang terus-menerus dan makin memburuk dari waktu ke waktu. Nyeri tulang ini berlanjut hingga malam hari.
Lihat juga:Jenis Olahraga yang Baik untuk Jantung |
Selain itu, pembengkakan dan peradangan di atas tulang juga mungkin terjadi. Gerakan akan semakin sulit jika tulang yang diserang kanker berada di dekat sendi.
Gejala kanker yang menyerang tulang ini juga ditandai dengan benjolan di atas tulang. Tulang di tubuh juga akan melemah dan mudah patah.
Beberapa gejala lain seperti berat badan turun drastis, berkeringat malam hari, mudah lelah, mati rasa, sesak napas (jika kanker menyebar ke paru-paru), sampai demam. Hanya saja mengutip Alo Dokter, gejala kanker tulang ini kerap disalahartikan sebagai radang sendi pada orang dewasa. Sedangkan pada anak sering dianggap sebagai efek pertumbuhan tulang.
(els/chs)