Beberapa orangtua mungkin percaya untuk meninggalkan anak-anak mereka duduk nyaman di depan televisi dan menggunakan waktu ini untuk rehat sejenak.
Namun, sebuah studi dari University of Arizona mengatakan bahwa hal ini mungkin menyebabkan lebih banyak keburukan daripada kebaikan, bahkan bagi orangtua.
Menurut penelitian tersebut, semakin banyak anak-anak menonton televisi dan terpapar iklan tanpa henti, semakin banyak ibu dan ayah yang stres.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Matthew Lapierre dan Eunjoo Choi, peneliti studi tersebut, menemukan bahwa anak-anak adalah sasaran empuk untuk iklan TV karena mereka akan langsung meminta ke orangtua untuk membeli apa pun yang mereka anggap menarik dalam iklan.
Sebagaimana dilansir Asian Parent, temuan tersebut didasarkan pada survei yang mereka lakukan terhadap 433 orangtua dari anak-anak berusia dua hingga 12 tahun.
Lapierre memaparkan alasan mereka memilih rentang usia ini karena anak-anak yang lebih kecil lebih mudah terbujuk oleh iklan dan sering berbelanja dengan orangtua mereka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika orangtua menolak membeli barang untuk anak-anak mereka, kemungkinan besar anak akan mengamuk sampai mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Para peneliti telah menemukan bahwa hal ini berpotensi memengaruhi tingkat stres orangtua.
Bagaimana iklan televisi memikat anak-anak untuk membeli?
Iklan yang ditujukan untuk anak-anak biasanya dibuat untuk membujuk anak agar membeli produknya dengan menggunakan warna-warna cerah, musik yang ceria, dan karakter yang mencolok.
Ini menarik bagi anak-anak dan mereka tidak akan menebak-nebak maksudnya karena pada usia yang sangat muda, mereka tidak akan dapat sepenuhnya memahami tujuan periklanan.
"Iklan untuk anak-anak dibuat untuk membuat mereka bersemangat. Mereka melakukan banyak hal dalam iklan anak-anak untuk mendongkrak emosi sang anak," kata Lapierre.
"Anak-anak tidak memiliki sumber daya kognitif dan emosional untuk menarik diri, dan itulah mengapa ini menjadi masalah khusus bagi mereka."
Studi tersebut juga menyebutkan bahwa pengiklan telah menemukan cara-cara kreatif baru untuk menjual produknya di televisi.
Ini melibatkan taktik seperti penempatan produk dan 'menggabungkan nama produk atau perusahaan ke dalam narasi acara,' seperti yang dikatakan dalam penelitian.
Selain solusi jelas untuk membatasi waktu menonton TV, orangtua mungkin juga dapat memulai percakapan tentang konsumerisme dengan anak-anak mereka.
Para peneliti menemukan tiga jenis komunikasi untuk menemukan mana yang terbaik untuk dibicarakan dengan anak Anda:
Komunikasi Kolaboratif
Ini melibatkan berdiskusi dengan anak-anak Anda tentang barang-barang yang Anda beli dan meminta pendapat mereka atau memberi tahu mereka.
Cobalah dengan mengatakan, "Saya akan mendengarkan saran darimu tentang produk atau merek tertentu."
Kontrol Komunikasi
Ini adalah saat orang tua mengambil kendali penuh atas apa yang harus atau tidak boleh mereka beli, atau anak-anak mereka.
Caranya bisa dengan mengatakan hal-hal seperti, 'Jangan merengek saat saya menolak permintaanmu.'
Komunikasi Periklanan
Ini memberi orang tua lebih banyak kesempatan untuk berbicara dengan anak-anak mereka tentang iklan yang mereka lihat.
Caranya yakni dengan mengatakan hal-hal seperti, 'Iklan akan mengatakan apa saja agar kamu membeli sesuatu.'
Temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa komunikasi kolaboratif adalah pendekatan terbaik yang dapat digunakan orang tua untuk mengurangi tekanan pada masalah tersebut karena komunikasi kontrol dan periklanan hanya mendorong lebih banyak inisiasi pembelian dari anak-anak.
(agn)