Pandemi Covid-19 memaksa kita untuk menyendiri, mengurangi interaksi langsung demi mematuhi aturan pembatasan jarak.
Bagi sebagian orang, sendirian rasanya tak jadi soal. Namun, bagi sebagian lain situasi ini bisa menjadi tantangan berat.
Sendirian selalu berasosiasi dengan kesepian sehingga menimbulkan rasa takut. Kenapa bisa demikian? Manusia pada dasarnya mendamba kedekatan tapi untuk di waktu seperti sekarang, hal ini begitu sulit diwujudkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari zaman prasejarah, di awal masyarakat terbentuk, kesepian adalah pendorong biologis untuk kembali pada kelompok, di mana Anda akan mendapatkan perlindungan," kata Ben Pleat, pendiri platform komunitas Cobu, dikutip dari Glamour.
Minimnya interaksi tak dipungkiri dapat membuat orang merasa jenuh dan terpuruk dalam jerat kesepian.
Namun, semakin tenggelam akan kesepian, ini hanya akan membelenggu pikiran dan menghambat untuk jadi diri sendiri.
Psikolog klinis Rena Masri berkata bahwa untuk berdamai dengan kesepian sangat mungkin dilakukan asal kita mampu mengenal diri sendiri.
Berikut beberapa cara mengatasi kesepian, termasuk mulai dari mengenali diri sendiri.
Ahli hubungan dan kesepian, Kyla Sokoll-Ward, mengatakan bahwa salah satu cara meluangkan waktu berkualitas dengan diri sendiri adalah dengan bermeditasi.
Tidak perlu muluk-muluk untuk mulai meditasi selama setengah atau satu jam sekaligus. Latih meditasi perlahan, dari hitungan menit lalu belasan menit.
Selain itu, Rena menambahkan bahwa individu mesti mengenal apa yang paling bisa membuat diri rileks dan nyaman.
Menurutnya, sangat dianjurkan melakukan aktivitas baru yang positif, menumbuhkan semangat sehingga termotivasi dan tidak bosan lagi.
![]() |
Sementara, praktisi mindfullness Adjie Santosoputro mengatakan bahwa untuk membangun koneksi dengan diri sendiri dapat dimulai dengan meluangkan waktu jeda, tanpa melakukan apa-apa.
"Ketika kita enggak ngapa-ngapain, menjalin hubungan dengan bertemu diri sendiri, memori masa lalu akan muncul, kita sadari. Memori yang selama ini berusaha kita lupakan, termasuk imajinasi perihal masa depan yang menakutkan, kita akan notice," katanya.
Untuk mengatasi rasa kesepian, sesekali lupakan produktivitas dan fokus pada yang menimbulkan perasaan bahagia misal mewarnai atau membuat kue.
Kegiatannya mungkin kekanak-kanakan, tetapi itu bisa memicu aspek kegembiraan yang lama hilang.
"(Cari tahu) apa sih yang bikin kita merasa nyaman, rileks, bukan karena ikut-ikutan terus malah merasa stres," kata Rena.
Dia menyarankan jika mencoba hal baru sebaiknya tidak dipaksakan. Memaksakan sesuatu nanti akan menimbulkan rasa tertekan hingga membuat kita tidak bahagia.
![]() |
Menghubungi teman bisa menjadi salah satu ide terbaik untuk mengatasi kesepian. Pleat berkata stigma 'telepon karena ada butuhnya' sebenarnya perlu dihilangkan.
Justru mereka yang Anda telepon akan mengapresiasi inisiatif Anda dan memperoleh dopamine dari memberikan dukungan pada Anda.
Sementara itu, Sokoll-Ward menyarankan untuk menghindari frasa 'Apa kabar?' karena obrolan akan terasa hambar.
"Coba 'Aku melalui hari yang berat dan ingin ngobrol sebentar. Aku tahu kita semua punya kesibukan. Kalau kamu punya waktu, aku akan sangat menghargainya'. Sapaan itu akan memberi teman Anda banyak hal untuk dilakukan," ujarnya.
Saat kesepian, Rena menganjurkan untuk tidak 'lari' ke media sosial. Bagi sebagian orang media sosial mungkin menjadi sarana interaksi.
Namun, akses ke media sosial juga memicu kita untuk membanding-bandingkan kondisi diri dengan mereka yang mengunggah segala sesuatunya di internet.
"Kalau kesepiannya, misal saat Valentine, enggak ada pacar, nah sebenarnya yang dihindari itu menggunakan media sosial. Lihat unggahan ceria, kesannya happy, tapi itu malah bisa menambah tekanan," katanya.
Lihat juga:Saat Ngemil Jadi Perekat Hubungan Keluarga |
Di masa seperti sekarang, konsultasi tersedia dalam berbagai platform termasuk media sosial atau aplikasi layanan kesehatan. Harganya pun beragam dan bisa disesuaikan dengan bujet.
"Kenali dan alokasikan waktu untuk mempelajari terkait pilihan terapis sehingga ini tidak akan ada tekanan tapi lebih sebagai awal dari proses menerima dan mengatasi kesepian serta ketakutan Anda," ujar Petersel.
(els/agn)