Ramai Pendaki Dadakan, Sapi Liar di Hong Kong Makan Sampah

CNN Indonesia
Rabu, 10 Feb 2021 14:50 WIB
Mendaki dan berkemah di luar area yang sudah ditetapkan hingga iseng memberi makan sapi liar membuat rantai makanan di Pulau Grass terganggu.
Pemandangan lahan hijau yang kian gundul akibat serbuan pendaki dadakan di Pulau Grass, Hong Kong. (AFP/PETER PARKS)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sementara banyak yang berharap Tahun Kerbau Logam akan menjadi tahun penuh keberuntungan, kawanan sapi liar di Hong Kong malah kelaparan setelah jumlah "pendaki dadakan" menyerbu habitat mereka selama pandemi virus Corona.

Hewan-hewan tersebut telah menghuni Pulau Grass [Pulau Rumput dalam bahasa Indonesia], salah satu pulau terpencil di Hong Kong, bersama beberapa lusin keluarga nelayan selama beberapa generasi.

Dinamakan karena padang rumputnya yang hijau, pulau ini lebih dekat ke daratan China daripada tepi pelabuhan bertabur pencakar langit Hong Kong dan dapat dicapai dengan naik bus dan feri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hingga virus Corona menyerang tahun lalu, sejumlah besar turis yang datang untuk mendaki dan berkemah di pulau itu masih tertata dengan baik.

Tetapi karena perjalanan ke luar negeri tidak lagi memungkinkan bagi sebagian besar warga Hong Kong, gelombang besar pengunjung telah tiba saat penduduk mencari cara untuk melepaskan diri dari kungkungan jarak sosial di salah satu kota terpadat di dunia itu.

Padang rumput yang dulunya berumput berubah menjadi tanah tandus, menghilangkan sumber makanan utama kawanan sapi liar di pulau itu.

"Tiba-tiba ada banyak orang datang dan menginjak-injak rumput," kata Ho Loy, ketua Lantau Buffalo Association, kelompok aktivis yang berkampanye untuk melindungi kerbau dan sapi liar di Hong Kong.

Di penjuru pulau, jalur pendakian populer yang membelah karpet tebal rerumputan menjadi semakin gundul, sementara area perkemahan utama, tempat sapi-sapi di pulau itu sering datang untuk diberi makan di antara tenda-tenda, telah menjadi sepetak tanah cokelat berpasir.

"Terlalu banyak yang menginjak tanah, bukan hanya rumput yang tidak bisa tumbuh, lapisan kompos di tanah juga hilang ... Sekarang menjadi bencana alam," katanya seperti yang dikutip dari AFP pada Rabu (10/2).

Situasinya menjadi begitu buruk sehingga para sukarelawan mulai mengirimkan pakan ke Pulau Rumput untuk menghentikan kawanan sapi dari kelaparan.

Setiap bulan, Ho mengadakan lokakarya untuk melatih relawan mengumpulkan rumput segar dan meningkatkan kesadaran di antara para pekemah.

Pada akhir pekan baru-baru ini, kelompok tersebut menghabiskan tiga jam perjalanan ke beberapa desa terpencil di Hong Kong untuk mengumpulkan jerami segar menggunakan arit dan gunting.

Mereka kemudian membawanya ke Pulau Grass di mana kawanan yang lapar segera muncul untuk menyiapkan pengiriman mereka.

Tanpa rumput, sapi semakin sering mendatangi manusia atau mengobrak-abrik sampah yang tertinggal, dengan konsekuensi yang berpotensi fatal.

"Kami melihat sapi-sapi pergi ke tempat sampah dan berburu makanan," kata Jennifer Wai, yang mengikuti lokakarya bersama suaminya.

"Kami melihat mereka makan permen yang masih dalam bungkus dan mereka memakan semuanya. Sungguh memilukan."

Ho mengatakan banyak pengunjung tidak cukup tahu tentang perlindungan satwa liar dan sering memberi makan sapi karena mereka adalah hewan yang ramah dan bersahabat.

"Itu berbahaya," katanya.

"Banyak dari sapi yang Anda lihat, mereka memiliki perut yang aneh dan bengkak, yang berarti mereka memiliki sejumlah plastik dalam sistem pencernaan mereka."

Selain memberi makan sapi, sukarelawan mengunjungi pekemah untuk menyebarkan kesadaran tentang melindungi hewan dan mengingatkan mereka untuk tidak meninggalkan sampah.

"Inilah keindahan alam Hong Kong yang akan hilang," kata suami Wai, Freddy Ramaker.

"Saya pikir orang harus peduli."

(afp/ard)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER