Tiket diskon kereta mewah di Afrika Selatan ini masih dibanderol dengan harga yang tinggi, yaitu 23 ribu rand (sekitar Rp21,6 juta) - sekitar empat kali lipat rata-rata upah minimum bulanan di salah satu negara dengan ekonomi paling payah di dunia ini.
"Tamu yang datang lagi jarang terlihat," kata pelayan bar Simon Moteka.
"Naik kereta ini sering menjadi pengalaman sekali seumur hidup bagi mereka."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sambil menata minuman di atas meja, pria berusia 43 tahun itu ahli menavigasi percakapan, membumbui obrolan ringan dengan lelucon.
Menjelang waktu makan malam, pengumuman dari pengeras suara dengan sopan mengingatkan pria untuk mengenakan jas atau rompi dan "wanita untuk tampil seanggun mungkin".
Sandal jepit dan celana pendek digantikan oleh setelan dan gaun berwarna gelap. sebelum penumpang menuju ke gerbong restoran, mengisi lorong sempit dengan semerbak parfum.
Matahari terbenam saat pengunjung diantar ke meja mereka, memancarkan cahaya keemasan di atas Karoo yang dijejak kawanan domba.
Setiap hidangan dengan menu tiga hingga lima hidangan dipasangkan dengan segelas wine yang berbeda.
Makanan penutup - kue keju atau kue tart lemon meringue - diikuti dengan segelas grappa atau anggur putih Afrika Selatan yang manis dari Klein Constantia.
"Favorit Nelson Mandela," kata manajer restoran Sydney Masenyani, dengan gaya sopan dan berpakaian rapi.
Pria berusia 61 tahun ini memulai karirnya sebagai pelayan senior di kereta yang lebih kecil pada tahun 1981.
Pada tahun 1993, ia bergabung dengan tim staf yang seluruhnya berkulit putih, dua tahun setelah apartheid secara resmi berakhir.
Bulan-bulan pertamanya sangat sulit. Tinggi dan pemalu, Masenyani kerap diejek.
Empat tahun kemudian, Mandela sendiri naik Blue Train yang sepenuhnya diperbarui, diapit oleh produser musik AS Quincy Jones dan model Inggris Naomi Campbell.
"Itu luar biasa," kenang Masenyani, dengan jelas menggambarkan suasana di karpet merah.
"Sepeda motor di jalan, helikopter," dia mengenang dengan muka cerah.
"Kami berfoto dengannya."
Momen yang paling dikenangnya ialah saat menyajikan Mandela kue fondant cokelat favoritnya "dengan buah markisa" dan wine Afrika Selatan yang manis.
"Dia duduk di meja yang sama dengan Anda," kata Masenyani riang kepada wartawan AFP yang meliput.
"Itu yang dia katakan pada semua orang," canda seorang penumpang yang mendengar percakapan itu.
Beberapa pengunjung yang puas pergi ke tempat tidur kabin mereka yang baru dirapikan. Yang lain menuju ke gerbong observasi dengan jendela yang besar, lounge atau klub untuk minum-minum.
Saat naik, mulai dari kopi hingga cerutu tengah malam sudah termasuk dalam harga tiket.
Uang tunai tidak berlaku - penumpang diminta untuk menyelipkan dompet mereka dan "menyerah pada kemewahan yang disajikan."
Waktu tak lagi sama. Di antara waktu makan dan tidur siang, penumpang bisa membaca buku, bermain kartu, atau menjalin pertemanan baru.
Setiap malam, karyawan yang bagai peri tak terlihat berjingkat-jingkat ke kabin sementara makan malam disajikan.
Mereka menurunkan kasur yang kokoh dari sudut di dinding dan meregangkan selimut.
Dari bantal empuk, penumpang dapat dengan bebas menoleh ke jendela gerbong untuk menatap lanskap yang diterangi cahaya bulan yang bergulir di bawah langit berbintang.
Terkantuk di bawah selimut, penumpang diguncang oleh gerakan lembut kereta sampai tertidur. mandi air panas sudah menunggu penumpang di pagi harinya.