Kadar dari masing-masing lemak tersebut dapat diketahui melalui pemeriksaan darah di laboratorium.
Fridolin mengatakan bahwa idealnya, diperiksa dan dimonitor sekaligus kondisi kadar 3 lemak tersebut. Pemeriksaan kadar kolesterol sebaiknya dilakukan rutin setiap 5 tahun sekali.
Namun, jika memiliki potensi kolesterol tinggi sebaiknya melakukan cek setiap 6 bulan sampai 1 tahun sekali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kadar lemak darah di atas normal, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter agar mendapatkan tips dan pengobatan yang tepat," saran dr. Fridolin.
"Jika tidak segera ditangani akan berisiko pada terjadinya berbagai penyakit, terutama penyakit jantung koroner dan stroke."
Mereka yang tergolong berisiko tinggi antara lain:
- pria berusia lebih dari 45 tahun dan perempuan berusia lebih dari 55 tahun
- memiliki riwayat hipertensi
- penyakit hati
- jantung koroner
- stroke
- kencing manis
- obesitas
- hipotiroid (kekurangan hormon tiroid)
- gangguan ginjal
- kurang aktivitas fisik
- riwayat keluarga yang pernah mengidap kolesterol, kencing manis, jantung koroner, dan stroke.
Fridolin berpendapat risiko tertular virus covid-19 sangat tinggi pada mereka yang masih bekerja atau berkegiatan di luar rumah.
Sedangkan mereka yang bekerja di rumah mungkin bisa terhindar, tetapi kebanyakan menjadi kurang bergerak sehingga tidak disadari berat tubuh tidak hanya bertambah, juga berisiko terkena dislipidemia dan penyakit-penyakit lainnya akibat kolesterol.
"Kita perlu peduli pada kesehatan dengan menjalankan gaya hidup sehat dan mengobati penyakit. Apalagi, jika Anda termasuk yang berisiko," katanya.
Gaya hidup sehat yang dimaksud yakni menghindari makanan tertentu yang mengandung kolesterol tinggi seperti fast food, makanan yang digoreng, daging olahan, seperti sosis serta chicken nugget, seafood, jeroan, susu full cream, dan makanan-makanan yang bersantan. Selain itu, tidak merokok dan kurangi alkohol.
"Sebaiknya juga rutin melakukan aktivitas fisik dan berolahraga serta cukup istirahat. Sedangkan pengobatan dilakukan sebagai respon dari hasil medical check-up untuk meminimalkan potensi penyebaran penyakit hingga upaya agar dapat normal kembali," ujar Fridolin.
(agn)