Aplikasi VR yang paling populer ada di dunia game, tetapi dalam hal wisata dipandang sebagai pertumbuhan baru.
"Selama pandemi ketika semua orang terisolasi secara sosial, mungkin tampak aneh untuk mengisolasi diri Anda lebih jauh untuk memindahkan diri Anda ke tempat lain, tetapi hal itu memungkinkan kami mengalami hal-hal yang tidak dapat kami alami hari ini," kata Avi Greengart, analis di konsultan Techsponential.
Greengart mengatakan tur wisata VR memiliki beberapa kelebihan, tetapi tidak bisa dibandingkan dengan yang asli.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan perjalanan VR, Anda tidak bisa merasakan makanan khas di daerah tersebut, Anda kehilangan banyak pengalaman sensorik dan sosialisasi dengan penduduk setempat," katanya.
Di sisi lain, "Anda dapat menjelajahi museum dan memiliki semuanya bisa dinikmati diri Anda sendiri," yang mungkin mustahil di dunia fisik.
Sebuah laporan oleh firma riset GlobalData menunjukkan bahwa teknologi VR dan AR sebelumnya telah mendapatkan momentum dari operator perjalanan dan badan pariwisata sebelum pandemi, untuk memungkinkan orang merasakan suatu tujuan sebelum pergi ke sana.
Analis GlobalData Ralph Hollister mengatakan pandemi mungkin memberi dorongan pada sektor yang akan bertahan bahkan setelah pandemi.
"Menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan dengan banyak waktu luang, dikombinasikan dengan dorongan untuk bepergian, berarti bahwa calon pelancong telah beralih ke VR untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh pembatasan perjalanan," kata Hollister.
Hollister mengatakan dia melihat VR menjadi bagian penting dari proses wisatawan melihat dan memilih tujuan perjalanan.
"Adopsi VR yang meluas untuk tujuan semacam ini bisa menjadi langkah selanjutnya untuk teknologi ini dan bukan sekadar gimmick," katanya.
(afp/ard)