Cangkok rambut atau transplantasi rambut belakangan ini ramai menjadi perbincangan karena musisi Kevin Aprilio rela pergi ke Turki untuk "menanam" rambut di bagian dahi dan janggutnya.
"Menuju gondrong lagi tapi implan dulu di brewok + jidat : ) dulu enggakpede sama jidat sekarang inshaAllah sudah bisa percaya diri hihi," tulis Kevin di Instagram.
Metode ini biasanya dipilih karena dianggap sebagai solusi menumbuhkan rambut dengan cara instan. Anda bisa menumbuhkan rambut pada bagian yang Anda inginkan, seperti jambang, kumis, alis mata, hingga bulu mata. Namun, cara ini juga perlu melalui prosedur pembedahan yang berisiko.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Arif Muharram mengatakan, cangkok rambut biasanya dilakukan karena seseorang tidak percaya diri dengan tampilannya.
"Selain jadi punya rambut, sebenarnya ini cenderung ke estetika dan kepuasan pasien, agar pasien merasa percaya diri," kata Arif kepada CNNIndonesia.com, Rabu (31/3).
Meski demikian, Arif mengatakan cangkok rambut masih kalah peminat dibanding implan hidung atau implan payudara. Hal ini juga didasari tren cangkok rambut yang baru berkembang baru-baru ini di Indonesia.
Cangkok rambut biasanya jadi pilihan orang ketika telah mencoba berbagai cara non-operasi untuk menumbuhkan rambut, seperti minum obat penumbuh rambut atau memakai minyak rambut.
"Sudah banyak pasien yang mulai ngerti karena mereka merasa kok udah pake pengobatan non-operasi tapi belum berhasil, sehingga banyak yang melirik tindakan operasi untuk tanam rambut," katanya.
Anda yang ingin memilih metode ini juga sebaiknya mengetahui risiko apa saja yang mengintai dari cangkok rambut di samping manfaatnya.
Namun, bagaimana sebenarnya metode cangkok rambut yang dilakukan oleh ahli bedah? Berikut metode, perawatan, risiko, hingga biaya cangkok rambut.
Seperti dilansir Healthline, secara umum cangkok rambut artinya mengambil rambut yang tumbuh (biasanya rambut pada bagian belakang kulit kepala), dan memindahkannya pada bagian yang diinginkan.
Ada dua metode yang digunakan, yakni teknik follicular unit transplantation (FUT) dan follicular unit strip surgery (FUSS).
Metode FUSS ini mengambil bagian belakang kulit kepala yang ditumbuhi rambut, dan menutupnya kembali dengan cara dijahit.
Kemudian dokter akan membagi potongan kulit kepala tersebut menjadi bagian yang lebih kecil, dan mencangkoknya pada bagian yang diinginkan.
Dokter akan menggunakan jarum atau pisau untuk membuat lubang kecil di kulit kepala tempat rambut akan ditransplantasi, kemudian memasukkan rambut yang sudah dipotong tadi ke dalam lubang (okulasi).
Biasanya dokter mencangkok rambut yang sudah tercacah satu persatu ke bagian yang diinginkan. Metode ini cenderung berisiko mengalami pendarahan jika terlalu banyak bagian kulit kepala yang diambil untuk ditransplantasi.
Lubang yang ditinggalkan juga bisa tak tertutup sempurna karena terlalu terlalu banyak mengambil kulit kepala. Selain itu, metode ini meninggalkan bekas jahitan, sehingga bagian ini akan mengalami kebotakan.
Dokter Spesialis Bedah Plastik Danu Mahandaru mengatakan, tindakan operasi minor ini menghabiskan waktu yang lebih cepat ketimbang metode FUSS. Hal itu dikarenakan, dokter bisa dibantu oleh lebih dari tiga asisten saat memotong kecil kulit kepala.
Metode kedua adalah Follicular unit transplantation (FUT). Metode ini tidak mengambil kulit kepala, namun "menanam" folikel rambut ke bagian yang diinginkan.
Metode ini menggunakan teknologi yang dikembangkan untuk mengambil folikel rambut di kulit kepala. Setelah mengambil folikel rambut ini, dokter akan membuat lubang kecil di bagian yang akan ditanami rambut, dan memindahkan folikel ke dalam lubang tersebut. Bekas operasi akan ditutupi dengan kain kasa.
Secara medis, metode ini minim risiko pendarahan dan infeksi. Namun Anda membutuhkan biaya besar agar bisa menumbuhkan rambut dengan metode ini.
Berdasarkan pengalaman Danu, tindakan operasi dengan metode ini bisa menghabiskan waktu hingga 8 jam. Ia harus menanam folikel rambut satu persatu pada area yang diinginkan hingga semuanya tertutupi.
"Paling sedikit 350 helai folikel rambut, dan paling banyak 2.500 helai folikel yang ditanam, kira-kira itu 7-8 jam," katanya.
Arif menjelaskan, ada beberapa kondisi seseorang yang tidak diperbolehkan melakukan transplantasi rambut. Pertama, orang yang memiliki penyakit bawaan seperti diabetes atau penyakit autoimun.
Penyakit bawaan dinilai bisa mengurangi tingkat keberhasilan operasi dan mengganggu penyembuhan.
"Pasien juga harus sabar, tidak punya penyakit bawaan karena akan mengurangi tingkat keberhasilan," kata Arif.
Danu mengatakan, cangkok rambut akan lebih optimal jika dilakukan pada orang yang tidak memiliki folikel rambut di beberapa bagian tubuh. Ini ditandai dengan kulit kepala yang licin sehingga tak ada rambut tubuh, atau kulit wajah yang mulus licin.
"Biasanya orang yang cangkok rambut karena dia benar-benar tidak punya folikel kulit kepala, dan metode hair transplant ini punya angka keberhasilan yang tinggi," katanya.