Jakarta, CNN Indonesia --
Padusan atau nyekar menjadi tradisi yang dilakukan di penjuru Indonesia menjelang datangnya bulan Ramadan.
Selama bulan Ramadan kemeriahan juga terus berlanjut, bahkan ada negara yang lebih gemerlapan selama bulan ini.
Berikut tujuh tradisi Ramadan yang meriah di penjuru dunia:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Haq Al Laila
Mirip tradisi trick-or-treat saat Halloween di dunia Barat, tradisi mengunjungi rumah untuk meminta permen atau kacang juga dilakukan anak-anak di Uni Emirat Arab.
Tradisi yang dinamakan haq al laila ini dilakukan sebulan sebelum Ramadan tiba, tepatnya tanggal 15.
Dengan mengenakan baju berwarna cerah dan menyanyikan lagu-lagu Islami, anak-anak akan mendatangi rumah tetangganya sambil membawa keranjang kayu (kharyta) untuk meminta permen atau kacang.
2. Mesaharaty
Selain puasa, sahur juga menjadi salah satu tantangan dalam bulan Ramadan. Tidak sedikit orang yang melewati sesi makan sebelum Imsak itu karena terlelap tidur.
Sama seperti di Indonesia, ada juga tradisi membangunkan orang saat sahur di negara-negara Arab dan Afrika. Petugasnya disebut mesaharaty atau pemanggil malam.
Berbekal gendang kulit yang ditabuh lembut, mesaharaty akan berkeliling kawasan pemukiman untuk membangunkan orang.
Di negara-negara seperti Arab Saudi, Yaman dan Mesir, hal ini masih umum dilakukan di desa-desa, di mana 'Al Tabbeil' atau pemain drum memanggil nama-nama keluarga di rumah yang dilewatinya.
Mereka tidak menuntut bayaran, tetapi orang-orang biasanya memperlakukan para pekerja yang tak kenal lelah ini dengan hadiah di akhir Ramadan.
3. Midfa Al Iftar
Masih sama seperti yang dilakukan di Indonesia, terdapat juga tradisi menembakan meriam untuk menandai waktu berbuka puasa.
Midfa Al Iftar menjadi tradisi yang biasa dilakukan jauh sebelum teknologi alarm diciptakan. Tradisi ini pertama kali dilakukan di Mesir.
4. Fanous
Tradisi Ramadan yang unik lainnya yang diyakini berasal dari Mesir adalah pemasangan lampu dengan kap berwarna cerah.
Lentera, yang disebut fanous atau fawanees, telah menjadi simbol Ramadan.
Terbuat dari logam dan kaca, lampion ini hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran.
Hingga hari ini, ketika pasar-pasar dan pertokoan gang-gang Mesir dipenuhi dengan fawanees yang berwarna-warni sebelum dan selama Ramadan.
5. Mheibes
Pada dini hari, setelah buka puasa, warga Irak berkumpul untuk bermain permainan tradisional bernama mheibes.
Sebagian besar dimainkan oleh pria selama Ramadan, permainan ini melibatkan dua kelompok yang terdiri dari sekitar 40 hingga 250 pemain, yang semuanya bergiliran menyembunyikan mihbes, atau cincin.
Mheibes dimulai dengan pemimpin tim memegang cincin, tangannya terbungkus selimut.
Anggota lain harus duduk dengan tangan mengepal, saat pemimpin menyerahkan ring ke salah satu pemain lain secara diam-diam.
Dalam momen pertukaran yang mendebarkan, lawan mereka harus menentukan siapa di antara lusinan pria yang menyembunyikan cincin itu hanya melalui bahasa tubuh.
Meskipun asal muasal permainan ini tidak diketahui, namun permainan ini memiliki nilai budaya dan sejarah yang mendalam.
Beberapa dekade yang lalu, pemerintah Irak akan menyelenggarakan permainan berskala komunitas, diikuti ratusan peserta dan menjadi ajang reuni antara desa.
Saat perang terjadi, tradisi ini sempat terhenti. Namun kini mheibes telah kembali.
 Ilustrasi henna. (CNN Indonesia/ Hesti Rika) |
6. Chaand Raat
Pada malam terakhir Ramadan, kaum wanita di India bakal berkumpul di teras masjid untuk melukis tangannya dengan tinta alami atau henna. Tradisi ini disebut chaand raat.
Di siang harinya, mereka ramai-ramai ke pasar tradisional untuk berbelanja sembako, perhiasan, sekaligus henna.
Tradisi ini dilakukan usai berbuka puasa dan salat Tarawih.
Selain di India, tradisi chaand raat juga dilakukan di Pakistan dan Bangladesh.
 Petugas dari Kantor Wilayah Kemenag Sumatera Selatan mengamati posisi hilal menggunakan teropong saat Rukyatul Hilal di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (12/4). Pemantauan hilal atau rukyatul hilal tersebut dilaksanakan untuk menetapkan awal I Ramadhan 1442 H. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/foc.) |
7. Maan Kykers
Akhir Ramadan ditandai dengan penampakan bulan sabit pertama.
Meskipun ini dipraktikkan di seluruh dunia, keunikan tradisi ini di Afrika Selatan diilustrasikan oleh maan kykers, bahasa Afrika yang berarti pengamat bulan.
Muslim dari seluruh Afrika Selatan menghadiri acara di Cape Town untuk memandangi munculnya bulan baru.
Tetapi hanya para maan kykers, yang ditunjuk oleh Dewan Yudisial Muslim Afrika Selatan, yang dapat mengumumkan penampakan bulan secara resmi.
Bulan harus dilihat dengan mata telanjang, dan pada malam yang cerah di Cape Town.
Maan kykers akan berdiri di sepanjang pantai di Sea Point Promenade, di Three Anchor Bay atau bahkan di puncak Signal Hill.
Tidak ada pemandangan yang lebih indah dari momen ini, terutama saat maan kykers mengumumkan hari Lebaran secara resmi.