Tidur selalu jadi faktor risiko banyak masalah kesehatan. Studi terbaru menemukan bahaya kurang tidur, yakni meningkatkan risiko demensia hingga 30 persen.
Studi tersebut dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications pada Selasa (20/4). Secara spesifik, studi mencatat, tidur kurang dari enam jam pada orang berusia paruh baya dapat mengganggu kesehatan otak di kemudian hari.
Dalam studi ini, para peneliti memantau kehidupan 8 ribu partisipan berusia 50-60 tahun selama 25 tahun. Hasilnya, risiko demensia ditemukan lebih tinggi pada orang dengan kebiasaan tidur kurang dari enam jam daripada orang yang tidur tujuh jam dalam semalam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidur penting untuk fungsi otak dan juga dianggap berperan dalam membersihkan protein beracun yang menumpuk di otak pada orang dengan demensia," ujar ahli neurologi, Tara Spiers-Jones, yang tidak terlibat dalam penelitian, melansir CNN.
Sudah diketahui bahwa orang dengan Alzheimer akan mengalami gangguan tidur. Namun, bagaimana hubungan keduanya? Apakah bahaya kurang tidur meningkatkan risiko demensia? Atau kah demensia membuat seseorang jadi kurang tidur?
Sejumlah studi telah mengeksplorasi pertanyaan tersebut. Beberapa penelitian terbaru, misalnya, menyelidiki kerusakan yang mungkin disebabkan oleh kurang tidur.
Studi tahun 2017 menemukan, orang dengan kualitas tidur yang buruk lebih berisiko mengembangkan demensia di masa depan.
Studi lain menemukan orang dewasa paruh baya menghasilkan banyak plak beta amiloid saat tertidur. Beta amiloid merupakan senyawa protein yang mengganggu komunikasi antar sel otak, yang menjadi salah satu ciri penyakit Alzheimer.
Studi terbaru kali ini dilakukan terhadap populasi yang besar dalam periode waktu yang lama. "Ini memperkuat bukti bahwa kurang tidur di usia paruh baya dapat menyebabkan atau memperburuk demensia di kemudian hari," ujar ahli neurologi, Elizabeth Coulthard.
Demensia merupakan penyakit neurodegeneratif yang mengakibatkan penurunan daya ingat dan cara berpikir. Demensia dapat memperburuk kualitas hidup seseorang. Alzheimer menjadi salah satu jenis demensia yang kerap diidap pasien.
Pada dasarnya, demensia disebabkan oleh rusaknya sel saraf dan hubungan antar-saraf pada otak. Dalam kasus Alzheimer, kelainan protein dalam otak juga diduga dapat merusak sel saraf sehat dalam otak.
Risiko demensia dapat dikurangi dengan mengubah gaya hidup sejak dini. Sara Imariso dari Alzheimer's Research mengatakan beberapa perilaku dapat memperburuk kondisi otak dan meningkatkan risiko demensia.
"Bukti terbaik menunjukkan bahwa tidak merokok, konsumsi alkohol dalam batas wajar, aktif secara fisik, konsumsi makanan seimbang, dan menjaga kadar kolesterol serta tekanan darah dapat menjaga otak tetap sehat seiring bertambahnya usia," jelas Imariso.
(asr)