Air Terjun Tri Sakti di Desa Belitar Seberang, Kabupaten Rejang Lebong, memiliki ketinggian 84 meter dan tercatat sebagai air terjun tertinggi di Provinsi Bengkulu.
Selain yang tertinggi, air terjun ini juga memiliki keunikan berupa dua jenis mata air yang dikucurkan dari bebatuannya, yakni air dingin dan air hangat.
Air Terjun Tri Sakti semakin ramai didatangi wisatawan sejak resmi dibuka dan dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) pada awal 2021.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenarnya air terjun ini sudah ada sejak 2012, namun saat itu masih dikelola secara pribadi karena lahannya milik warga.
"Pada 2020 lahannya dihibahkan ke desa untuk dikelola menjadi obyek wisata, lahan yang dihibahkan warga ini seluas 1,5 hektare. Di dalam lahan seluas 1,5 hektare ini terdapat tiga air terjun ada yang dingin dan ada airnya panas. Selain itu di sini juga ada kolam air panas untuk berendam," kata Kasiyadi seperti yang dikutip dari ANTARA pada Rabu (28/4).
Setelah lahannya dihibahkan ke desa, selanjutnya objek wisata ini berubah nama dari sebelumnya Air Terjun Tri Muara Karang menjadi Air Terjun Tri Sakti, di mana nama ini diambil dari konsep Tri Sakti Bung Karno, berupa berdaulat dalam politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
"Karena penduduk sini banyak berasal dari Blitar, Jawa Timur, tempat Bung Karno dimakamkan sehingga dinamakan Air Terjun Tri Sakti," terangnya.
Dengan bantuan penyertaan modal dari dana desa 2021 yang disalurkan melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Belirang Desa Belitar Seberang sebesar Rp25 juta, di sekitar air terjun mulai membangun sarana pendukung seperti gazebo, WC, hingga anak tangga.
"Para pengunjung yang datang ke sini untuk sementara tidak dikenakan tarif, dan hanya memberikan sumbangan sukarela untuk perawatan dan kebersihan," katanya.
Air terjun yang berada di Desa Belitar Seberang ini berjarak sekitar 40 km dari Kota Curup (ibu kota Rejang Lebong), atau berjarak sekitar 5 km dari Jalan Lintas Curup-Lubuklinggau, di mana pengunjung yang datang akan disambut dan dilayani oleh pengelola lokasi wisata.
"Pengunjung yang hendak datang ke tempat ini bisa berjalan kaki atau mengendarai sepeda motor, namun karena jalannya turun naik maka akan lebih cepat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor karena jaraknya dari desa sekitar 2 km," terangnya.
Untuk memancing minat pengunjung datang, pihak pengelola obyek wisata Air Terjun Tri Sakti saat ini tengah menyiapkan paket wisata yang menarik.
"Saat ini kita sudah menyiapkan paket wisata seharga Rp150 ribu per orang per hari, dengan layanan berupa antar jemput dari desa menuju lokasi air terjun, jamuan minum kopi di rumah inovasi, makan siang, bermain canyoning dan ekowisata ke rumah pengelolaan nira," kata Soleh SP, ketua BUMDes Belirang.
Para pengunjung yang akan mengunjungi Air Terjun Tri Sakti, akan dimanjakan dengan layanan antar jemput ke lokasi wisata yang berjarak sekitar 2 km dari desa menggunakan sepeda motor yang sudah dimofikasi, mengingat jalur yang dilewati masih berbentuk tanah dan bebatuan serta tebing terjal.
Namun pengunjung tidak perlu takut karena pengemudinya sudah handal dan menguasai medan.
Selain itu, mereka ini nantinya juga bisa menikmati permainan canyoning, yakni turun dari atas air terjun hingga ke dasar dengan ketinggian 84 meter dengan menggunakan peralatan panjat tebing. Para pengunjung ini akan dipandu tenaga ahli sehingga bisa menuruni air terjun.
"Pengunjung yang membeli paket ini juga bisa melihat aktivitas pengolahan air nira hingga menjadi gula aren, mereka ini akan melihat proses penyadapan hingga memasaknya. Pengunjung ini bisa menikmati langsung air nira yang disadap dari batangnya," urai Soleh.
Paket wisata yang disiapkan BUMDes Belirang tersebut merupakan konsep pengelolaan wisata modern yang mereka dapatkan saat mengikuti pelatihan desa wisata oleh Asosiasi Desa Wisata Indonesia (ASIDEWI) berupa pelatihan dan peningkatan sumber daya manusia (SDM) pada akhir 2020 lalu.
Perhatian pemerintah ini, kata dia, sangat penting karena jika hanya mengandalkan dana desa maka sulit dilaksanakan mengingat anggarannya terbatas dan anggaran yang dibutuhkan cukup besar terutama pembangunan jalan menuju lokasi dari desa mereka sekitar 2 km.
Jalanan menuju ke lokasi wisata itu saat ini masih berbentuk jalanan tanah dan bebatuan menyusuri tebing, sehingga jika turun hujan sulit dilalui, di mana jika ditempuh dengan menggunakan sepeda motor yang telah dimodifikasi sekitar 30 menit dan jika berjalan kaki sekitar 1 jam perjalanan.