Selama pembangunan, faktor dana juga menjegal pembangunan Masjid Raya Sumatera Barat.
Pada 2009 Kerajaan Arab Saudi sempat mengirim dana US$50 juta untuk pembangunan masjid, namun pemerintah pusat melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional mengalihkan peruntukan bantuan untuk keperluan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana.
Hingga pada 4 Januari 2019, Masjid Raya Sumatera Barat rampung dibangun dengan total biaya sekitar Rp330 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masjid berkapasitas sekitar 6.000 orang ini memiliki satu menara setinggi 85 meter.
Karena dibangun setelah gempa, tim arsitek ikut menanamkan pondasi antigempa pada masjid tiga lantai ini.
Dari depan Masjid Raya Sumatera Barat memang nampak seperti rumah gadang. Tapi jika dilihat dari atas, sebenarnya atapnya menggambarkan bentangan kain yang dibawa untuk menggotong Hajar Aswad dalam kisah penyebaran agama Islam di zaman Nabi Muhammad SAW.
Dikisahkan, ketika empat kabilah suku Quraisy di Mekkah berselisih pendapat mengenai siapa yang berhak memindahkan batu Hajar Aswad ke tempat semula setelah renovasi Ka'bah, Nabi Muhammad memutuskan meletakkan batu Hajar Aswad di atas selembar kain sehingga dapat diusung bersama oleh perwakilan dari setiap kabilah dengan memegang masing-masing sudut kain.
Perawatan Masjid Raya Sumatra Barat tentu saja menelan biaya yang tidak sedikit, meliputi mekanikal, perawatan kontruksi, dan petugas, dengan total kebutuhan dana yang diperkirakan sekitar Rp4,2 miliar per tahun.