Efek riak ekonomi pariwisata tersebar luas.
"Sebelum krisis, 80 persen penduduk daerah itu bergantung langsung atau tidak langsung pada pariwisata," kata Farajat.
"Dengan adanya pandemi ini, tidak hanya pemilik hewan yang terkena dampaknya, tetapi juga pemilik hotel, restoran, hingga toko suvenir, dan ratusan karyawan kehilangan pekerjaan."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak pemilik keledai beralih ke klinik yang didukung oleh kelompok hak asasi hewan PETA, di mana dokter hewan merawat secara gratis keledai menganggur serta kekurangan gizi.
"Sebelum virus Corona, saya dan keluarga memiliki tujuh keledai yang bekerja di Petra," kata Mohammad al-Badoul (23), mengantre bersama empat pemilik keledai lainnya untuk mengisi karung dengan pakan ternak.
"Kami harus menjualnya karena kekurangan pendapatan. Sekarang kami hanya punya satu, dan saya hampir tidak bisa memberinya makan."
Dokter hewan Mesir Hassan Shatta, seorang spesialis bedah kuda yang menjalankan klinik PETA, mengatakan dia meluncurkan program pemberian makan keledai akhir tahun lalu.
"Selama penguncian Covid-19, dan dengan kurangnya pariwisata, orang tidak mampu memberi makan hewan mereka lagi," kata Shatta.
"Beberapa dari mereka akhirnya kelaparan dan kami mengambilnya dan membawanya ke sini," tambahnya, mencatat sekitar 250 hewan telah dirawat, dengan sekitar 10-15 hewan baru tiba setiap hari.
Di masa lalu, PETA telah merawat hewan dengan luka parah karena dipukuli atau dianiaya, tetapi Farajat, dari otoritas pariwisata Petra, mengatakan kondisi kawanan keledai peliharaan sekarang "tidak terlalu buruk".
Tetapi ada rencana untuk mengganti beberapa perjalanan keledai dengan sistem baru, yakni 20 unit mobil listrik yang diperkenalkan oleh dewan pariwisata bulan depan.
Mobil-mobil itu akan "dikendarai oleh para pemilik hewan," kata Farajat.
Beralih ke mobil listrik, Farajat berharap, akan mengakhiri kritik terhadap perlakuan buruk terhadap hewan di destinasi wisata.
Baca juga:FOTO: Danau Yesus yang Ternoda Polusi |