Papua memuiliki sejumlah destinasi wisata alam yang sangat menarik untuk dikunjungi. Salah satunya adalah Desa Kwatisore yang terletak di Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Nabire, Papua.
Desa Kwatisore paling pas dikunjungi mulai pagi hingga siang hari, karena seringnya hujan yang turun di sore hari di sini sekalipun tengah memasuki musim kemarau.
Ini juga yang menjadi alasan desa ini dinamai 'Kwatisore', yang berasal dari kata 'khawatir' dan 'sore', di mana penduduk selalu merasa khawatir saat sore tiba.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip dari laman Travel Detik, Desa Kwatisore adalah desa bebas kendaraan bermotor. Tak heran jika udara di desa ini begitu bersih.
Wisatawan yang datang ke Desa Kwatisore akan disuguhi pemandangan deretan rumah-rumah warga yang tersusun rapi.
Penduduk di desa ini pun dikenal ramah dan sering menghabiskan waktu dengan bercengkrama dengan tetangga sepulang bekerja.
Sebagian besar warga Kwatisore memiliki pekerjaan sebagai nelayan tradisional. Mereka menggunakan perahu jenis kole-kole (longboat) untuk memancing ikan di laut.
Mengutip dari laman Destinasi Pariwisata, Desa Kwatisore merupakan tempat yang sangat cocok untuk melihat spesies hiu paus.
Hewan pemakan organisme plankton ini dikatakan warga sering mendadak muncul di samping perahu nelayan yang sedang berlayar, sehingga mereka kerap disebut sebagai "ikan hantu".
Wisatawan yang ingin melihat aksi "ikan hantu" dari dekat bisa menyewa kapal nelayan, lalu tinggal menunggu ikan mendatangi perahu.
Jika masih kurang puas wisatawan bisa berenang di sekitar hiu paus, karena mereka dikenal sebagai mamalia yang jinak.
Kalau tidak pandai berenang, wisatawan tetap bisa terhibur dengan menyaksikan aksi anak-anak di Desa Kwatisore berenang dan bermain bersama kawanan "ikan hantu" dari pinggir pantai.
Warga bahkan telah menganggap hiu paus sebagai bagian dari adat mereka, sehingga ada larangan melarang memburu bahkan memakan mamalia tersebut.
Tak heran jika banyak komunitas pencinta lingkungan dan satwa liar yang sering datang ke lokasi ini untuk ikut menjaga pelestarian satwa hiu paus.
Di samping melestarikan satwa laut, warga desa juga membudidayakan anggrek khas Papua yang mulai punah.
Anggrek-anggrek cantik tersebut diambil langsung oleh warga dari dalam hutan agar bisa dikembangbiakkan. Hasilnya, deretan anggrek aneka warga menghiasi rumah-rumah warga di desa ini.
(nly/asr)