Iko menuturkan, biasanya pasien datang ke dokter dengan dua keluhan, yakni infertilitas atau sulit memiliki keturunan dan rasa nyeri hebat di perut.
Dalam kesempatan serupa Andon Hestiantoro, Spesialis Kebidanan dan Kandungan, Konsultan Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi, menjelaskan, endometriosis membuat perempuan sulit mendapatkan keturunan. Endometriosis menimbulkan reaksi radang berlebih dan bersifat kronis sehingga timbul perlengketan yang mengganggu fungsi indung telur atau tuba falopi (saluran penghubung indung telur dan rahim).
"Jadi sperma masuk, lalu mati. Tuba falopi bisa tersumbat karena ada kista. Karena mengganggu indung telur, kualitas sel telur buruk," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andon menuturkan, dokter akan mengenali besaran rasa nyeri dari ekspresi wajah. Kemudian, rasa nyeri ini akan diterjemahkan ke dalam deret angka 0-10. Bila nyeri berada di kisaran 1-4, pasien cenderung santai saja. Biasanya pasien datang saat rasa nyeri berada di angka 5-8.
Rasa nyeri pada haid adalah biasa. Namun, rasa nyeri akan terasa berbeda pada kasus endometriosis.
Iko mengatakan, nyeri saat haid biasanya terjadi sekitar 1-2 hari saja dan tidak sampai mengganggu aktivitas. Sedangkan nyeri akibat endometriosis bisa berlangsung sebelum, selama, dan sesudah haid. Bahkan rasa nyeri membuat seseorang tak bisa beraktivitas.
![]() |
Tidak hanya nyeri pada area perut, pasien endometriosis juga mengalami nyeri saat berhubungan seks (dispareunia), nyeri saat buang air besar (diskezia), dan nyeri saat buang air kecil (disuria). Gejala-gejala ini pula yang membedakan nyeri haid dengan nyeri akibat endometriosis.
Rasa nyeri yang diakibatkan bisa begitu hebat. Penyebabnya adalah serabut saraf yang tidak terbungkus. Serabut ini tidak memiliki mielin, sehingga sensitif terhadap rangsangan.
"Saat diriset di Jepang lalu di Jakarta, ditemukan serabut saraf yang tidak terbungkus. Serabut saraf ini tidak bermielin sehingga sensitif terhadap rangsangan," jelas Iko.
Andon mengatakan, selama ini pasien datang sudah dalam kondisi gejala berat hingga mengganggu kualitas hidup. Rata-rata pasien sebelumnya ditangani dengan tidak pas sehingga terlambat memperoleh penanganan yang sesuai.
Dalam sebuah survei terhadap 30ribu perempuan, ditemukan pasien endometriosis terlambat 5,4 tahun untuk didiagnosis. Bila dipecah, pasien terlambat dibawa ke dokter selama 3,1 tahun sejak gejala timbul, kemudian terlambat 2,3 tahun untuk penegakan diagnosis sejak konsultasi ke dokter.
Baca juga:Kenali 4 Jenis Gangguan Menstruasi |
Diagnosis endometriosis terbilang sulit dan menantang sebab belum ada biomarker yang khas untuk menegakkan diagnosis dan tenaga kesehatan berpatokan pada keberadaan lesi atau kista. Padahal tidak semua pasien endometriosis memiliki kista.
Sementara itu, Andon menambahkan, diagnosis endometriosis juga dilakukan dengan menggunakan beberapa strategi. Untuk fasilitas kesehatan di kota besar dan memiliki alat diagnostik cukup baik, deteksi penyakit akan menggunakan ultrasonografi dan MRI.
"MRI akan membantu mengenali apa ada lesi, bibit endometriosis yang masih sangat kecil di sekitar rongga rahim atau ovarium," imbuhnya.