Dalam beberapa kasus Covid-19, rambut rontok menjadi salah satu efek yang ditimbulkan. Sebuah studi yang diterbitkan The Lancet menyebut 22 persen pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit di China melaporkan rambut rontok enam bulan kemudian.
Tidak hanya itu, pencarian di Google soal rambut rontok pun meroket. Dari sini, mau tidak mau orang mulai berpikir bahwa Covid-19 menjadi salah satu penyebab rambut rontok. Namun apakah benar demikian?
Hal pertama yang perlu dipahami, rambut rontok secara alami setiap harinya. Sebagaimana dilansir Healthline, sangat normal bagi seseorang untuk kehilangan 50-100 helai rambut per hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di samping itu, rambut rontok juga merupakan respons terhadap stres ekstrem baik fisik (terkena Covid-19) dan emosional (hidup di tengah pandemi). Jenis kerontokan rambut terkait stres disebut telogen effluvium (TE). TE pun dipicu penyakit akut disertai demam.
Aurora Pop-Vicas, spesialis penyakit menular di UW Health, Madison, menyebut sebagian orang tidak sadar mengalami TE jauh sebelum ada Covid-19. Namun karena kini orang sadar tentang Covid-19 juga gejalanya, maka TE dihubungkan dengan penyakit ini.
Kebanyakan orang mengalami kerontokan rambut 2-3 bukan setelah ada pemicu. Biasanya TE akan mempengaruhi kurang dari setengah kulit kepala dan berlangsung selama 6-9 bulan. Setelah periode ini, rambut yang hilang akan tumbuh kembali.
Secara umum, penyakit akut disertai demam dan stres bisa menjadi penyebab rambut rontok. Seperti apa mekanismenya?
"Pada dasarnya, apa yang terjadi adalah ketika manusia terpapar sesuatu yang signifikan seperti infeksi atau kejadian yang menimbulkan stres luar biasa, itu bisa mengakibatkan sel-sel rambut masuk ke fase tidak aktif. Mereka pada dasarnya mati. Itu bisa berlangsung beberapa bulan setelah paparan," jelas Greg Vanichcakhorn, direktur medis COVID Activity Rehabilitation Program di Mayo Clinic, Rochester, seperti dikutip NPR.
"Jadi mungkin mengapa pasien mengalaminya pasca-Covid adalah tubuh mereka masih 'panik' tentang apa yang sempat terjadi."
Rontok secara alami akan berbeda dengan TE. Kondisi TE mengakibatkan rambut rontok sekaligus. Sedangkan dalam kondisi normal, sekitar 10 persen rambut dalam kondisi istirahat, sebanyak 5 persen dalam fase rontok dan sisanya fase pertumbuhan.
"Tetapi jika tubuh mengalami stressor kuat, tubuh mengalihkan energinya untuk fokus dan memprioritaskan fungsi penunjang kehidupan. Pertumbuhan rambut bukan merupakan fungsi penunjang kehidupan yang diperlukan," jelas Pop-Vicus.
Rambut rontok akibat TE bisa dibantu dengan mengelola stres seperti yoga, meditasi, juga dikombinasikan dengan nutrisi yang baik, tidur, serta olahraga.
Di samping TE, ada sederet penyebab rambut rontok lain seperti, obat-obatan kemoterapi, penuaan, penyakit tiroid, ketidakseimbangan hormon juga masalah pada kulit kepala.
(els/agn)