Jakarta, CNN Indonesia --
Covid-19 tidak hanya menginfeksi orang dewasa, tapi juga anak-anak. Penanganan serta isolasi mandiri pada pasien Covid-19 anak tentunya sedikit berbeda dengan orang dewasa. Berikut panduan isolasi mandiri pada anak menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Anak termasuk kelompok rentan terinfeksi Covid-19. Paparan Covid-19 pada anak semakin banyak ditemukan. Di Ibu Kota sendiri, berdasarkan data Satgas Covid-19 DKI Jakarta per Senin (5/7) anak terpapar Covid-19 sebanyak 74.992 orang.
Pasien Covid-19 tanpa gejala dan bergejala ringan bisa melakukan isolasi mandiri di rumah. Kondisi yang sama juga berlaku pada anak-anak yang terpapar Covid-19.
Namun perlakuan isolasi mandiri pada anak sedikit berbeda dengan orang dewasa. Selain mesti diawasi oleh orang tua, isolasi mandiri pada anak juga perlu memperhatikan beberapa hal.
Berikut panduan isolasi mandiri pada anak menurut IDAI.
-Pastikan anak memenuhi syarat untuk isolasi mandiri
Pasien isolasi mandiri adalah orang terpapar Covid-19 tanpa gejala atau bergejala sangat ringan. Gejala ringan yang dimaksud seperti batuk, pilek, ruam, diare, dan demam.
Tapi pada anak, ada syarat lain yang harus dipenuhi untuk bisa isolasi mandiri.
Anak harus tetap aktif meski terpapar Covid-19. Setidaknya, anak bisa makan dan minum serta bisa menerapkan etika batuk.
- Cari Pengasuh yang bukan kelompok rentan
Isolasi mandiri pada anak juga harus di bawah pengawasan orang tua atau wali. Idealnya orang yang mengasuh anak positif Covid-19 adalah orang dengan risiko rendah terhadap gejala berat Covid-19.
Orang tua lansia atau dengan komorbid disarankan tidak ikut mengasuh anak yang sedang isolasi mandiri.
Ruangan anak, alat makan, dan kebutuhan sehari-harinya tentu harus terpisah dengan anggota keluarga yang lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
-Menggunakan masker
Anak usia 2 tahun ke atas atau sudah bisa menggunakan atau melepas masker, dianjurkan untuk menggunakan masker.
Pengasuh boleh membiarkan anak tidak pakai masker selama dia berada di ruangan sendiri atau berjarak 2 meter dari pengasuh. Masker juga tidak perlu digunakan ketika anak tidur.
Sementara untuk pengasuh, harus menggunakan masker ketika berada di ruangan yang sama dengan anak. Bila perlu, pengasuh bisa menambahkan face shield ketika berkomunikasi dengan anak.
Selain memakai masker, pastikan anak dan orang-orang dalam rumah rajin mencuci tangan dengan benar, menerapkan etika batuk dan bersin, serta sering melakukan desinfeksi ruangan.
-Periksa kondisi fisik anak
Pengasuh, baik orang tua atau wali harus memeriksa kondisi fisik anak setiap hari.
Beberapa hal yang harus terus dicek adalah suhu tubuh anak. Lakukan pemeriksaan suhu tubuh dua kali sehari yakni pagi dan sore hari. Segera bawa ke fasilitas medis jika ada demam tak kunjung turun setelah 7 hari, atau demam di atas 38 derajat celcius.
Kemudian periksa saturasi oksigen dengan pulse oximeter, juga periksa denyut nadi anak. Waspada jika saturasi oksigen berada di angka 95 persen, dan anak bernapas cepat.
Selain itu, pastikan juga anak makan makanan bergizi seimbang. Menu makanan anak sebaiknya mengandung banyak sayur dan buah untuk memenuhi kebutuhan vitamin.
-Isolasi mandiri pada bayi
Pada bayi, tetap berikan ASI eksklusif. Baik ibu dengan konfirmasi positif atau negatif Covid-19 bisa memberikan ASI pada bayi.
Jika ibu negatif Covid-19, maka gunakan masker saat menyusui bayi. Pastikan juga cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum memberikan ASI.
Ibu dan bayi yang positif Covid-19 bisa dirawat bersama bayi dalam satu ruangan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Jika kondisi ibu tidak memungkinkan, maka wali lain yang kompeten bisa merawat bayi.
Jika bayi lahir dengan kondisi negatif Covid-19, maka sang ibu harus benar-benar menerapkan protokol kesehatan ketat saat menyusui bayi.
-Yang perlu diwaspadai
Segera bawa anak ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat bila anak menunjukkan gejala perburukan seperti anak lemas, banyak tidur, napas cepat, saturasi oksigen di bawah 95 persen, mata merah, ruam, leher bengkak, demam tinggi, kejang, tidak bisa makan dan minum, jarang buang air kecil, dan terjadi penurunan kesadaran.