Kembalinya Balenciaga ke Jagat Couture
"Haute couture adalah sebuah orkestra, di mana hanya Balenciaga yang menjadi konduktornya. Yang lain hanyalah musisi, mengikuti arahan yang ia berikan kepada kami", ucap Christian Dior pada 1955 silam.
Kalimat itu menggambarkan betapa kuatnya pengaruh Cristobal Balenciaga kala itu. 50 tahun sejak rumah mode ini berdiri, Cristóbal Balenciaga menutup pintu ateliernya pada 1968 di Avenue George V nomor 10 secara tiba-tiba. Dengan itu, ia mengakhiri sebuah era yang paling berpengaruh di dunia mode di abad ke-20.
Sejak itu pula, Balenciaga couture berhenti.
Michel Goma dan Josephus Thimister menjadi desainer Balenciaga berturut-turut dengan koleksi siap pakai. Namun kini, Balenciaga benar-benar kembali ke permukaan tiga dekade kemudian.
Balenciaga dibangkitkan dengan kehadiran Nicolas Ghesquière pada 1997, yang membawa Balenciaga kembali ke peta fesyen, tapi masih tanpa couture. Setelah Nicolas, ada Alexander Wang, yang karir singkatnya di Balenciaga tidak begitu meninggalkan jejak.
Sejak 2015, Demna Gvasalia, pendiri label Vetements, menjadi direktur kreatif. Sejak itu, proyek kebangkitan couture pun dimulai, dengan merenovasi studio asli dan membangun kembali tim atelier, termasuk Abraham di Zurich yang pernah memasok sutra untuk Cristobal.
"Saya melihatnya sebagai tugas kreatif saya kepada warisan unik dari Mr. Balenciaga untuk membawa couture kembali ke rumah ini. Couture adalah fondasi dari maison yang telah berusia seabad ini," kata Demna Gvasalia dalam pernyataan yang diterima CNNIndonesia.com, Rabu (7/7).
Berlokasi di Avenue George V, show yang dinamai 50th Couture Collection ini dimulai dengan sederet setelan-setelan pantsuit oversized. Beberapa tampilan dengan jeans dan hoodie juga memiliki proporsi yang sama. Yang menarik adalah ketika seperti ada dua aliran Balenciaga berbeda dalam koleksi ini.
Di satu sisi, Balenciaga yang kental dengan konstruksi arsitektural, dimana jaket dan overcoat dengan Empire line, yang memiliki neckline yang terbuka layaknya kimono yang konsisten dengan visi dari Cristóbal Balenciaga, di mana titik tumpu pencapaian siluet tertentu terletak pada jarak antara kulit dan material, yang bisa dicapai dengan potongan dan drapping yang tepat.
Koleksi ini terinspirasi dari warisan Cristobal dengan aliran Japonism pada awal abad ke-20, dengan karakteristik kerah jatuh ke belakang untuk memperlihatkan tengkuk, dengan kelimat panjang asimetris, lebih pendek di depan dan lebih panjang di belakang.
Siluet-siluet lain sepeti twist dress, hourglass, dan barrel line, yakni sebuah siluet berbentuk kepompong yang membebaskan pinggang dan menawarkan perempuan sebuah alternatif untuk bergerak, dibuat dengan sangat baik, yang memperlihatkan kemampuan atelier Balenciaga yang uniknya terdiri dari artisan yang masih muda, seperti Simon sang pembuat pola yang masih berusia 31 tahun. Di sisi lain, elemen-elemen street fashion juga mendapatkan porsinya.
Sejak awal karirnya, Demna selalu berfokus pada dualisme antara couture yang elegan dengan streetwear yang sekilas terlihat riot dan blak-blakan.
"Peluncuran kembali lini couture akan menawarkan tingkat produk kreatif dan kualitatif tertinggi kepada pelanggan kami, serta melengkapi visi berlapis saya tentang label Balenciaga, yang dimulai dari streetwear hingga fashion konseptual dan pakaian sehari-hari dan akhirnya meliputi pakaian couture yang hanya ada satu dan dibuat menurut pesanan," ungkapnya lebih jauh.
Trench coat, celana jeans, hoodie, hingga kaos mendapatkan treatment couture. Jeans dibuat di sebuah atelier di Osaka, Jepang, dan memiliki lima kantong dengan kancing perak. Kaos putih dibuat dengan nilon sutra yang ringan.
Sweater, turtleneck, hingga mantel juga diperagakan oleh model-model pria, sebuah gebrakan, karena secara tradisional, couture hanya dibuat untuk wanita. Gaun pengantin yang menjadi penutup, merupakan replika sebuah gaun kreasi Cristóbal yang ada di arsip, dan memiliki kelembutan layaknya regalia gereja yang mempengaruhi kreasi Cristobal di masanya (sebagai penganut Kristen yang taat, Cristobal terkenal secara rutin berdoa di gereja di Alma Marceau di Paris).
"(Menciptakan koleksi couture) ini adalah pengalaman yang paling spiritual bagi saya di dunia fesyen", ujar Demna Gvasalia, seperti dikutip Business of Fashion.
Balenciaga couture, yang hanya akan diperagakan sekali setahun ini, menjadi sebuah tonggak bersejarah kembalinya bentuk dan proses konstruksi pakaian yang paling unggul.
"Couture berada di atas tren, mode, dan pembuatan pakaian industri. Ini adalah ekspresi abadi dan murni. Couture adalah konstruksi garmen tingkat tertinggi, yang tidak hanya relevan dalam industri produksi massal saat ini, tetapi bahkan mutlak diperlukan untuk kelangsungan dan evolusi mode modern lebih lanjut", pungkasnya.
(agn)