Jakarta, CNN Indonesia --
Sejak kecil, orangtua sudah mengajarkan anak-anaknya untuk menabung. Seiring usia, Anda juga pasti kerap menyadari pentingnya menabung.
Namun sayangnya, kesadaran akan pentingnya menabung juga membuat orang tak lepas dari kesalahan yang pada akhirnya membuat keuangan mereka tak sehat.
Amir Widjaya, Head Marketing Communication OCBC NISP mengungkapkan ada beberapa kesalahan yang kerap dilakukan generasi milenial saat menabung, salah satunya adalah edukasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang pasti kebanyakan masih kurang knowledge-nya tentang keuangan, awareness mereka soal finacial management yang baik itu bagaimana," katanya kepada CNNIndonesia.com, saat konferensi pers Nyala beberapa waktu lalu.
"Saya sempat dapat cerita bahwa ada anak yang sudah kuliah senang sekali diberi kartu kredit oleh ayahnya. Senang banget tinggal digesek. Pengguna kartu kredit harusnya tahu kalau ini bukan uang ajaib gitu aja, tapi harus dibayar nantinya. Tapi dia sudah kuliah dan dia enggak paham apa itu. Ayahnya mungkin juga enggak beritahu dia itu apa. Jadi knowledge is important."
Selain itu, Amir mengungkapkan juga bahwa mindset juga seringkali salah.
"Sedihnya generasi ini udah digital, tapi supranatural enggak hilang. Tanpa kerja keras bisa dapat uang, kalo ga ngapa2in menang undian, togel. Yang harus disadari adalah enggak ada jalan singkat.
"Ini yang mesti diubah, take action enggak bisa supranatural."
Tak cuma itu, kesalahan lain yang terkesan sepele seperti menabung harus punya uang banyak juga kerap dilakukan banyak orang. Sebaliknya, Amir mengungkapkan tak ada salahnya untuk mulai dengan jumlah tabungan atau investasi yang kecil.
"Jangan menghakimi diri sendiri kalau jumlahnya kecil, banyak yang cari alasan untuk enggak melakukannya."
Peer pressure
Selain kedua hal tersebut, untuk membentuk managemen keuangan yang sehat, Amir menyarankan Anda untuk punya teman-teman atau lingkungan yang sehat.
Memiliki teman yang sepikiran akan membantu Anda untuk bisa memiliki alur keuangan dan investasi yang tepat.
"Harus punya teman-teman yang positif juga. Kalo teman ajarin hedon kita juga ikutan peer pressure itu yang bahaya."
Hal ini senada dengan laporan 2006 lalu yang menyebut bahwa hampir setengah dari orang dewasa muda mengatakan bahwa mereka dipaksa untuk menghabiskan di luar kemampuan mereka sebagai akibat dari tekanan dari teman-teman (peer pressure).
Mengutip The Guardians, penelitiannya menemukan bahwa 44 persen anak berusia 16 hingga 24 tahun mengatakan bahwa teman-teman menekan mereka untuk terus menghabiskan uang, bahkan ketika mereka kehabisan uang.
"Ini adalah masalah serius jika kaum muda dibujuk oleh rekan-rekan mereka untuk membelanjakan uang yang tidak mereka miliki. Jika mereka menumpuk utang dari pengeluaran berlebihan ketika mereka masih muda, mereka tidak akan memiliki apa-apa. tersisa untuk ditabung di masa depan," ungkap Dax Harkins, ahli strategi tabungan senior untuk NS&I.
Makalah dalam jurnal Nature Energy juga mengungkapkan bahwa pengaruh sosial dan kebiasaan energi pribadi dan menyimpulkan bahwa tekanan teman sebaya memainkan peran utama dalam mengapa Anda melakukan apa yang Anda lakukan saat ini.
"Dalam beberapa kasus, pengaruh sosial ini bahkan lebih kuat daripada biaya atau pertimbangan seperti kenyamanan atau efektivitas," tulis para peneliti.
Mengutip berbagai sumber, peer pressure dan FOMO (fear of Missing out) juga memainkan peranan besar yang membahayakan keuangan. Tengok saja berbagai jenis makanan baru, minuman baru, atau jalan-jalan ke berbagai tempat yang seringkali diunggah ke media sosial. Hal ini membuat banyak orang terpicu untuk ikut-ikutan demi tak dibilang ketinggalan zaman atau FOMO.
Satu studi yang dilakukan di Amerika yang meneliti dampak media sosial pada kebiasaan belanja di Amerika menemukan bahwa 90 persen milenial mengatakan media sosial menyebabkan mereka membandingkan kekayaan dan harta benda mereka dengan teman sebayanya. Selain itu 57 persen milenial mengatakan mereka menghabiskan uang yang tidak mereka rencanakan karena sesuatu yang mereka lihat di media sosial.