Jakarta, CNN Indonesia --
Sudah hampir dua tahun Gina (29) dan Heru (31) tidak mengunjungi Bali karena pandemi virus Corona. Dua sahabat ini biasanya rutin mengunjungi Pulau Dewata untuk liburan singkat, melepas jenuh hidup dan bekerja di Jakarta.
Saat ditanya rencana kembali lagi tahun ini, baik Gina dan Heru masih belum yakin, meski mengaku sangat kangen merayakan malam Tahun Baru di Bali.
Rumitnya syarat berkunjung dan kondisi Covid-19 di sana menjadi pertimbangan mereka, yang akan tentu saja bakal mengubah rencana perjalanan mereka jika sudah bisa berwisata lagi di Bali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Belum kepikiran party di Bali abis pandemi, masih trauma dengan keramaian kali ya... Mungkin lebih memilih kongko di tempat yang santai dan ga terlalu padet pengunjungnya Tapi berencana wisata alam sesering mungkin di sana, kayak ke Nusa Penida atau Tulamben," kata Gina saat dihubungi oleh CNNIndonesia.com pada Senin (2/8).
Heru, yang dihubungi secara terpisah juga mengatakan hal senada. Ia menambahkan rencana ingin menginap di tempat yang tenang, sehingga bisa liburan sembari bekerja jarak jauh.
"Positifnya di masa pandemi ini kita bisa bekerja jarak jauh, sehingga masa liburan bisa lebih panjang," ujar Heru.
Bali, yang berada di peringkat teratas dalam 'Destinasi Terpopuler di Dunia' versi TripAdvisor 2021, disebut tak pernah membosankan bagi Gina dan Heru.
Sepinya turis dan tawaran diskon di sana bahkan membuat mereka semakin penasaran untuk datang ke Pulau Dewata.
"Bali ga pernah membosankan, mungkin karena itu jadi tempat wisata yang biayanya paling murah di kantong anak muda dan fasilitasnya lengkap," kata Heru.
"Yang perlu ditingkatkan dari Bali mungkin pengaturan lalu lintasnya, kalau musim ramai turis pasti macet banget. Dan faktor keamanan serta kenyamanan di area wisata alamnya," lanjutnya.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Bali di mata hotelier
Reza Wiradharma, salah satu staf Mövenpick Resort and Spa Bali, mengatakan kalau masih banyak potensi wisata di Bali yang belum tergali, sehingga turis jangan hanya terpaku pada objek wisata yang itu-itu saja.
"Wisata alam di Bali Selatan bisa dieksplorasi, salah satunya Desa Apit Yeh," kata Reza yang rutin membagikan foto dan video wisata Bali di media sosialnya.
Bali di mata wisatawan, terutama wisatawan mancanegara, sudah dianggap sebagai rumah kedua, kata Reza. Selain alamnya, keramahtamahan warga lokal juga disebutnya yang membuat mereka terkesan.
"Jika Bali dibuka lagi, tentu saja kita harus meningkatkan dua faktor ini, ditambah dengan protokol kesehatan yang mantap sehingga wisatawan semakin yakin untuk berkunjung," ujarnya.
Ollie, wanita yang sempat bekerja di salah satu hotel berbintang di Bali, juga berpendapat kalau masih banyak kawasan yang tidak kalah menarik dari yang saat ini sudah sangat populer.
Selama pandemi, ia menyarankan agar pelaku usaha wisata di Pulau Dewata agar terus berinovasi mengenalkan tempat-tempat wisata yang masih sepi turis ini sehingga selalu ada sesuatu yang dirasa baru bagi wisatawan.
"Membuka destinasi baru di Bali bisa menjadi salah satu cara menggairahkan Bali pascapandemi, seperti di Bali Barat atau Bali Timur. Open trip sampai gelaran konser juga berpotensi mendatangkan banyak wisatawan milenial," kata Ollie dalam pesan pendeknya.
Aura Bali
Diwawancarai terpisah, I Nyoman Suwamana Wahyu Putra dari Dijiwa Sanctuaries mengatakan kalau taksu (aura) yang dijaga masyarakat Bali turut serta membuat pulau ini senantiasa dinaungi suasana bahagia.
Taksu ini sendiri timbul karena falsafah orang Bali sendiri yang sangat menghormati keseimbangan yang telah telah menjadi gaya hidup sejak jaman dahulu, yang tertuang dalam ajaran Tri Hita Karana (tiga penyebab kebahagian), yaitu; hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhannya, hubungan keharmonisan antara sesama umat, dan hubungan manusia dengan lingkungannya.
Berpegang dengan nasihat leluhur ini, dirasanya masyarakat Bali bisa terus melanjutkan hidup selama pandemi virus Corona membuat pulaunya sepi wisatawan.
Wahyu setuju dengan ketersediaan 3A (akses, atraksi dan amenitas) bisa membuat destinasi di Indonesia selain Bali bisa ikut bersinar.
Namun ia menambahkan satu unsur 'A' lain, yakni 'ancilliary', yang berupa organisasi terpadu sebagai wadah kekompakan pelaku usaha wisata di sebuah destinasi.
Untuk tren wisata di Bali pascapandemi, Wahyu memperkirakan kalau wellness tourism (wisata kesehatan) yang bakal populer.
"Setelah Covid era wellness tourism akan menjadi sangat populer. Sudah waktunya semua stake holder pariwisata Bali menyiapkan sarana, destinasi, tenaga terampil serta menyiapkan paket paket wisata yang fokus kepada wellness tourism, yang dikawinkan dengan kearifan budaya lokal serta keramah tamahan masyarakat Bali sendiri," pungkas Wahyu.
Di tengah pandemi virus Corona, perjalanan wisata masih dikategorikan sebagai perjalanan bukan darurat, sehingga sebaiknya tidak dilakukan demi mencegah penyebaran dan penularan Covid-19, terutama di daerah yang masih minim fasilitas kesehatannya.
Jika hendak melakukan perjalanan antarkota atau antarnegara, jangan lupa menaati protokol kesehatan pencegahan virus Corona, dengan mengenakan masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak fisik antarpengunjung. Jangan datang saat sakit dan pulang dalam keadaan sakit.