Jakarta, CNN Indonesia --
Saat ini mungkin uang Rp1.000 tidak cukup untuk membayar segelas kopi di warkop. Untuk membayar uang parkir di minimarket pun masih kurang.
Tapi di tahun 1972, dengan uang Rp1.000, orang bisa melakukan penerbangan dari Jakarta ke Semarang - sekitar Rp36 ribu jika dibandingkan dengan nilainya saat ini.
Itu kata Waluyo, orang yang pernah bekerja di bandar udara internasional komersial pertama di Indonesia, Bandara Kemayoran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria bernama lengkap Ignasius Waluyo Nuroso ini resmi bekerja di Bandara Kemayoran sejak 1 Agustus 1972. Kala itu, ia berhasil mengalahkan ratusan orang yang juga melamar posisi yang sama dengan dirinya di bidang teknik.
"Jadi peserta testing-nya 525 orang, yang diterima pada waktu itu hanya dua orang. Jadi testing benar-benar gitu loh," kata Waluyo saat diwawancarai oleh CNNIndonesi.com pada Jumat (6/8).
Waluyo mengatakan sedikitnya ada tiga tes seleksi yang ia ikuti; tes pengetahuan umum; tes teknik perhitungan beton; dan terakhir wawancara.
Saat tes pengetahuan umum, ia mengaku bisa lolos karena keberuntungan.
"Ada pertanyaan 'sebutkan lima maskapai penerbangan asing'. Saya bingung. Kebetulan sebelum testing saya berdiri di pagar bandara, lalu melihat sliwar sliwer ada maskapai luar negeri, mulai dari yang bertuliskan Malaysia, Singapura sampai Thailand. Nah dari situlah saya bisa mendapatkan jawaban," ujarnya.
 Dokumentasi Waluyo saat menjadi staf Bandara Kemayoran. (Dok Pribadi) |
 Waluyo bersama rekan kerjanya di Bandara Kemayoran. (Dok Pribadi). |
Waluyo tentu bukan sekadar nekat dan beruntung, ia juga cukup terampil dalam bidang teknik sehingga ia bisa mengikuti tes kedua tanpa beban.
Kemudian tesnya berlanjut ke tahapan wawancara sampai lolos dan resmi menjadi karyawan.
Semasa ia bekerja, kata Waluyo, Bandara Kemayoran sangatlah ramai. Bandara itu melayani penerbangan domestik dan luar negeri. Orang-orang penting dunia juga saat itu mendarat di sana.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Orang-orang penting yang dimaksud oleh Waluyo seperti presiden atau perdana menteri luar negeri. Mereka, kata Waluyo, biasanya diarahkan untuk menuju ruang VIP di lantai satu setibanya di bandara.
Ada dua ruang VIP di Bandara Kemayoran. Satu khusus untuk tamu, letaknya di lantai satu. Satunya lagi ada di lantai dua, biasanya digunakan oleh Presiden Indonesia.
Di ruangan VIP lantai dua, kata Waluyo, ada relief khas Bali di bagian temboknya. Relief itu sudah ada sejak Soekarno menjabat sebagai presiden.
"Gede-gede reliefnya, bidang kiri dan bidang kanan ada dua ukiran Bali, ukiran Ramayana," ucapnya.
Namun, di sisi lain, saat itu ada beberapa bagian bandara yang masih harus disempurnakan dan diperbaiki lantaran usianya yang terbilang tua. Salah satunya adalah permukaan landasan.
"Bandara Kemayoran kan dibangun tahun 1934. Dioperasionalkan 8 Juli 1940. Itu bandaranya diaspalnya ga sempurna, masih ada yang pakai besi PSP itu loh," katanya.
Kala itu, Waluyo bertugas untuk membuat perencanaannya. Dia membuat gambar-gambar yang nantinya menjadi acuan dalam proses penyempurnaan itu.
Selain itu, Waluyo juga terlibat dalam perluasan landasan pacu. Tadinya landasan pacu itu berukuran 1.500 meter, setelah diperluas menjadi 1.850 x 30 meter.
Bandara Kemayoran sendiri mempunyai dua landasan pacu. Satunya lagi yaitu landasan pacu utara-selatan (17-35) dengan ukuran 2.475 x 45 meter.
 Salah satu relief yang tersisa di bangunan bekas Bandara Kemayoran. (CNN Indonesia/Adi Maulana) |
Waluyo mengaku sangat menikmati pekerjaannya sebagai staf teknik Bandara Kemayoran. Ia selalu antusias saat diminta membangun atau memperbaiki kebutuhan fasilitas bandara.
Ia merasa punya tanggung jawab membuat setiap pesawat yang mendarat atau lepas landas di Bandara Kemayoran merasakan kenyamanan. Begitu juga penumpangnya.
Waluyo tidak tahu persis ada berapa ratus atau bahkan ribu orang yang telah mendarat di bandara tersebut setiap tahunnya. Namun yang ia ingat Bandara Kemayoran selalu sibuk.
Ia tak bisa membayangkan jika saat ini, harga tiket penerbangan domestik masih Rp1.000. Mungkin Bandara Kemayoran akan lebih ramai lagi. Tapi sayangnya, pengandaian itu tidak akan terjadi.
Pertama, tentu karena nilai uang (kurs) selalu berubah setiap tahun. Kedua, karena bandara Kemayoran sudah tidak beroperasi sejak pemerintah memindahkan penerbangan komersil ke Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng pada 1985.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Indonesia Air Show 1986
Erni Soeleiman, junior Waluyo di divisi yang sama, mungkin tak begitu lama bekerja di Bandara Kemayoran.
Tapi, sama seperti Waluyo, ia juga punya kenangan yang diingatnya sampai sekarang.
Erni menjadi karyawan Bandara Kemayoran pada tahun 1982. Tugasnya saat itu ialah sebagai staf Tata Bandara.
Ia mengingat, kala itu ia masih menyaksikan penumpang boleh merokok di dalam bandara, bahkan di dalam pesawat.
 Dokumentasi Erni Soeleiman saat bekerja menjadi staf Bandara Kemayoran. (Dok Pribadi) |
Tahun 1985 memang Bandara Kemayoran mulai berhenti beroperasi untuk penerbangan komersial. Namun, bandara itu masih digunakan untuk arena Indonesia Air Show (IAS).
Hal yang paling diingat Erni adalah ia pernah menjadi panitia pameran kedirgantaraan atau pameran penerbangan (Airshow) pada 1986. Gelaran airshow itu merupakan yang pertama dari setelah Indonesia merdeka.
"Kemayoran enggak dipakai sementara. Akhirnya '86 kita gelar airshow. Banyak sebenarnya kenangan yang dikangenin," kenangnya.
Erni juga masih mengingat menara Air Traffic Control (ATC) yang ada di sana. Menara itu sangat khas dengan cat warna putih dan merah.
Ia mengatakan sampai kapan pun menara itu harus dirawat. Menara ATC seakan sudah menjadi ikon Bandara Kemayoran.
"Towernya masih ada, itu memang harus dipertahankan karena ada nilai historisnya ya. Mengingatkan kalau dulu pernah ada airport di sini," ujarnya.
Erni pensiun dari dunia udara pada 2012 silam. Saat ini Erni menghabiskan waktunya dengan merawat tanaman hias di daerah Bogor.
Meski kini sibuk mengurus "hal-hal yang berhubungan dengan daratan", ingatan Erni saat melihat burung besi terbang di Bandara Kemayoran akan tetap dikenang olehnya.