Lepas Rindu dengan Almarhum Kakek di Telepon Umum Putih

CNN Indonesia
Kamis, 12 Agu 2021 20:50 WIB
"Kakek, tsunami sudah berlalu 10 tahun. Aku akan segera masuk sekolah menengah pertama," kata seorang cucu di telepon umum putih.
Telepon umum putih di Otsuchi, Jepang, menjadi cara melepas rindu keluarga korban tsunami. (REUTERS/ISSEI KATO)
Jakarta, CNN Indonesia --

Di atas bukit di Otsuchi, Jepang, bilik telepon umum berwarna putih berkilau di bawah cahaya awal musim semi.

Di dalamnya, Kazuyoshi Sasaki dengan hati-hati memutar nomor ponsel mendiang istrinya, Miwako. Sambil memegang gagang telepon, ia merapatkan tubuhnya, seakan ingin kembali memeluk orang tersayangnya.

Dia menjelaskan bagaimana dia mencari sang istri selama berhari-hari setelah gempa bumi dan tsunami dahsyat satu dekade lalu, mengunjungi pusat-pusat evakuasi dan kamar mayat darurat, lalu kembali pada malam hari ke reruntuhan rumah mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Semuanya terjadi dalam sekejap, saya tidak bisa melupakannya bahkan sekarang. Saya mengirimi Anda pesan yang memberi tahu Anda di mana saya berada, tetapi Anda tidak memeriksanya," katanya pria berusia 67 tahun itu sembari berbicara di telepon.

"Saya menangis dan menangis dan kemudian tahu bahwa begitu banyak orang pasti telah meninggal," ujarnya.

Istri Sasaki adalah salah satu dari hampir 20 ribu orang di timur laut Jepang yang tewas akibat bencana alam dahsyat yang terjadi pada 11 Maret 2011.

Banyak orang yang selamat mengatakan saluran telepon umum yang tak lagi berfungsi di kota Otsuchi itu membantu mereka seakan "berkomunikasi" dengan orang yang mereka cintai dan memberi mereka penghiburan saat mereka bergulat dengan kesedihan mereka.

'Saya kesepian'

Sebelumnya pada hari itu, Sachiko Okawa menelepon Toichiro, mendiang suaminya yang telah dinikahinya selama 44 tahun.

Dia bertanya kepadanya, apa yang telah dia lakukan dengan hari-harinya sejak dia tersapu oleh tsunami satu dekade lalu.

"Saya kesepian," katanya akhirnya, suaranya serak, dan meminta Toichiro untuk menjaga keluarga mereka.

"Sampai jumpa untuk saat ini, saya akan segera kembali," ujarnya.

Kazuyoshi Sasaki, 67, who lost his wife, Miwako, in the March 11, 2011 earthquake and tsunami, reacts as he calls his late wife inside Kazo-no-Denwa (the phone of the wind), a phone booth set up for people to call their deceased loved ones, ahead of the 10th anniversary of the disaster, at Bell Gardia Kujira-yama in Otsuchi town, Iwate Prefecture, northern Japan, February 27, 2021. Inside, Sasaki dials his wife's cellphone number. He explains how he searched for her for days. Kazuyoshi Sasaki saat "berbincang" dengan almarhum istrinya yang menjadi korban tsunami Jepang. (REUTERS/ISSEI KATO)

Okawa berkata bahwa dia terkadang merasa seperti bisa mendengar Toichiro di ujung telepon.

"Itu membuatku merasa sedikit lebih baik," katanya.

Wanita 76 tahun yang sedang belajar berkebun di sisi lain bukit ini sering membawa kedua cucunya ke telepon umum, agar mereka juga bisa berbicara dengan kakeknya.

"Kakek, sudah 10 tahun dan aku akan segera masuk sekolah menengah pertama," kata Daina, cucu Okawa yang berusia 12 tahun, saat mereka semua masuk ke dalam kotak telepon.

"Ada virus baru yang membunuh banyak orang dan itulah mengapa kami memakai masker. Tapi kami semua baik-baik saja."

Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...

[Gambas:Video CNN]





Lepas Rindu dengan Almarhum Kakek di Telepon Umum Putih

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER